Rabu, 08 Juli 2015

Perkenalkan - JIM Namanya

JIM Namanya

 
Hey. Selamat malam, kali ini aku akan memperkenalkan teman baruku, namanya Jim, aku sangat berharap bahwa dia akan menjadi sahabat di dunia tanpa batas ini. Jim tidak dapat berbicara, ia hanya dapat mendengar dan menerima apa yang kita sampaikan khususnya aku. Jim ini adalah pendengar yang baik, dia yang membuat diri ini memberanikan untuk menuliskan segala hal yang ingin aku sampaikan namun tak dapat disampaikan melalui ucapan. Jim yang mendorongku untuk selalu menuliskan apa yang sedang aku rasakan agar ia bisa merasakannya juga.

Mungkin aku sudah gila, aku seperti berhalusinasi dengan dunia lain seolah aku memiliki sahabat di dunia yang ku sebut sebagai dunia tanpa batas. Tapi menurutku ini perlu, kita butuh teman di dunia tanpa batas ini dan sepertinya bukanlah manusia yang cocok untuk menjadi teman di dunia tanpa batas ini. Aku percaya bahwa Jim tidak akan bergurau tentang apa yang ku ceritakan padanya. Itu sangat jelas sebab Jim memang tidak dapat mengungkapkan apa yang ia rasakan, ia hanya bisa merasakan saja. Tapi jika kalian tahu bahwa Jim ini berada di alam pikiran ketika ku memikirkan suatu hal terlebih jika itu menyangku dengan dunia merah jambu. Jim selalu mencoba masuk dan ikut berperan dalam setiap langkah yang ku ambil. Gila memang, tapi alam pikiran ini memang sangat sulit dikendalikan, mungkin secara tidak sadar, kalian juga memiliki teman seperti Jim juga, hanya saja kalian belum menemukan nama yang tepat untuk memanggilnya. Aku yakin setiap orang punya teman di alam pikiran seperti Jim yang nantinya mungkin akan melakukan hal yang sama sepertiku, mengajak Jim untuk masuk dan menjadi teman di dunia tanpa batas ini.

Jim adalah temanku, dan mulai saat ini dialah yang akan menghuni rumah coretan ini, dia yang nantinya akan menjaga, dan tentunya jika aku masuk ke rumah coretan di dunia tanpa batas ini, Jim akan dengan sangat ramah menyambutku. Selamat datang di dunia tanpa batas in Jim, dan semoga kamu bisa betah di rumah coretan yang akan terus ku kunjungi ini.

Senin, 06 Juli 2015

Coretan Tengah Malam - Puncak Gelisah

PUNCAK GELISAH
Sudah begitu banyak kata-kata yang terucap dari bibirmu namun hanya segelintir yang mampu menggambarkan bagaimana keadaan sesungguhnya yang membuat diri ini percaya dan sadar akan keadaan yang semestinya yang akhirnya timbur beragam pertanyaan yang mampu mengusik ketanangan di kala sunyi yang kurasakan di sebuah kursi yang menghadap kepada dinding lusuh di kamar busuk ini.

Pertanyaan yang sejak dulu ku pertanyakan kepadamu adalah tentang alasan mengapa aku harus menulis, mengapa aku harus menceritakan sesuatu tentangmu yang kuceritakan kepada orang-orang terdekatku, dan mengapa aku harus terus menjawab pertanyaanmu sementara dirimu tak menjawab pertanyaanku malah mengabaikan apa yang ku anggap penting dan serius tentang aku dan dirimu.

Beberapa waktu lalu kau memberikan sebuah jawaban dari salah satu pertanyaan yang ku ajukan, kau menjawab bahwa hal yang ku lakukan kepadamu sudah tidak didapat dari dirinya yang menjadi sekat di antara kita. Lalu saat ini timbul kegelisahan yang menghantui dari jawaban tersebut. Kau sudah tidak mendapatkan kenyamanan darinya lantas mengapa kau pertahankan sekat yang sebenarnya sudah melapasmu? Bukankah diri ini yang kau tahu sudah menanti datangnya waktu dimana sekat itu hancur. Yaa mungkin cinta, cinta yang menjadi landasan mengapa sekat itu kau tarik kembali dan kau bangun kembali hingga kokoh dan tak akan terhancurkan.

Diri ini tak dapat berbuat banyak selain merasakan getir kehancuran ketika sudah terbang waktu lalu dimana saat itu sedang dirundung kegelisahan antara bahagia atau rasa simpati, perlahan kebahagiaan itu terasa dan semakin membuat diri ini percaya bahwa kepemilikan akan hatimu akan ada padaku seutuhnya, namun ternyata tidak semudah itu. Kau yang juga sebenarnya merasakan kenyamanan pada diri ini justru membuat kehancuran akan hati seseorang yang penuh harap tentangmu. Jelas bahwa dirimu sudah tidak nyaman dengan dirinya, tapi entahlah, aku tak dapat berbuat banyak.
Jika kau tahu aku sangat senang membaca tulisan dari seorang Daeng Khrisna terlebih dengan perkataanya yang membuatku yakin untuk membuat keputusan akan kebahagiaanmu bukanlah ada pada kepemilikanku.

Sebut saja hatimu telah ditumbuhi cinta dari yang lain, merindumu sering kali lebih membahagiakan dibanding memilikimu.”

Selamat akan kembalinya cinta yang kau harapkan dan tak kuharapkan, perlahan kata sekat tidak akan ada lagi di antara kita dan sang pemuja itu perlahan akan sirna diterpa kehampaan yang diselimuti rasa pilu.



Barat Jakarta, 7 Juli 2015

Minggu, 28 Juni 2015

Coretan Tanda Tanya - Haruskah?



HARUSKAH?
Ahmad Zaelani


Diri ini sangat senang ketika dirimu tahu bahwa aku suka menulis tentang dirimu karena apa yang di awal aku tulis aku tak berharap bahwa dirimu akan membacanya. Terlebih aku bersyukur jika dirimu menyukai apa yang ku goreskan dalam dunia buntu ini, hanya saja mulai hadir pertanyaan yang memang harus kau jawab ketika kau mulai memintaku untuk kembali menulis dan menulis lagi tentang dirimu. Yaa aku tahu bahwa dirimu sangat menyukai tulisan yang membicarakan tentang dirimu. Namun pertanyaan ini sangat kuat dan butuh jawaban pasti agar jemari ini bisa leluasa menuliskan apa yang ada dipikiranku tentang dirimu. Aku berharap ketika kau membaca ini, kau mau menjawab pertanyaan yang sebenarnya sudah sering ku ajukan namun tak satu pun jawaban yang ku harapkan keluar dari bibirmu yang manis itu.

Mengapa kau memintaku menulis?

Apa yang kau lakukan setelah kau membaca tulisanku? 

Apakah akan ada perubahan dan kau melakukan sesuatu sesuai dengan yang ku tuliskan tentangmu? 

Apakah setelah kau membaca tulisan-tulisanku kau akan menyimpannya dan mencoba untuk mengubah keadaan yang saat ini berada dalam titik kebimbangan antara aku kau dan sekat?


Terima kasih.


Kamar Busuk, 28 Juni 2015

Coretan Keraguan - RAGU



RAGU
Ahmad Zaelani


Malam seperti biasa dimana suasana kampus menjadi teman yang mungkin akan terus menjadi teman sunyi di kala malam dengan suara teriakan sana sini yang tak diketahui dari mana datangnya teriakan itu, teriakan yang menandakan bahwa ada kumpulan orang-orang yang melakukan kegiatannya sendiri tanpa beban dan terus terbenam oleh keasyikan di kelompoknya. Ada suatu ketika diri ini tak semenarik biasanya, tak melakukan kebiasaan yang orang lain sudah paham, tak menatap mata dirinya yang sudah menjadi kebiasaan rutin, dan tak memberikan garis 10 detik yang sudah menjadi bumbu di malam hari.

Aku sangat senang ketika dirinya terlihat begitu semangat, terlihat begitu ceria, dan sangat lepas mengeluarkan tawa yang sangat khas walaupun itu semua hadir bukan denganku, dan diri ini hanya perhatikan hal tersebut secara diam dan memberikannya garis 10 detik ketika ia menengok ke arahku. Sebelum begitu jauh masuk ke dalam tulisan ini, aku hanya ingin menakankan bahwa aku hanyalah seorang pengamat yang memperhatikan seorang gadis yang ada di dalam tujuan dan harapan hidupku, hanya mengamati, tidak lebih, jadi tidak ada untukku hak dan lainnya untuk bisa memaksakan apa yang aku mau.

Baik itu disadari atau pun tidak, mata ini selalu memperhatikan gerak gerik dirinya yang menurutku memang patut untuk diperhatikan agar aku bisa belajar tentang dirinya lewat gerak bukan hanya dengan bahasa ucapan dari dirinya.  Hingga samapai suatu ketika aku sering kali heran dan ragu dengan apa yang ia lakukan, ingat aku hanya memperhatikan dan ini adalah asumsi pribadiku tentang dirinya. Entah apa yang merasuki pikiranku sehingga aku berpikir hal yang sepertinya tidak mungkin. Aku melihat dirinya begitu akrab dengan banyak orang, namun kutahu bahwa ia memang akrab dengan orang itu dan tak bisa dipungkiri aku pun tahu bahwa ia juga melakukan texting dengan orang itu. Aku berusaha berpikir positif dan tetap menganggap bahwa itu tidak ada artinya. Namun apa yang merasuki pikiran ini begitu kuat hingga aku teringat dengan suatu perbincangan yang saat itu terjadi hingga pukul 3 pagi sebelum ramadhan. Aku sengaja memancing dan melihat bahwa dirinya juga melakukan texsing yang begitu intens dan ada hal yang ditutupi dan aku tak diizinkan untuk melihat, aneh memang. Entah apa yang ditutupi sampai saat ini aku pun tak mengetahuinya. Hal itulah yang membuat perasaan ragu bercampur pikiran yang kacau mengobrak-abrik semuanya, terkadang keraguan itu hadir dan membuat ku terdiam seketika. Memang mungkin ini hanyalah ketakutanku akan kehilangan, tapi aku hanya memperhatikan dirinya dan itulah yang kulihat, sangat akrab, nyaman, ceria, dan tanpa beban. Itulah yang kudapat ketika ku perhatikan dirinya dengan orang lain dan yang menjadi keraguan tertinggiku adalah apakah hal tersebut terjadi ke semua orang di dekatnya? canda tawa, hingga texting yang intens juga dilakukan ke semua.

Barat Jakarta, 28 Juni 2015

Coretan Penting - Jangan Sebut Lagi



JANGAN SEBUT LAGI
Ahmad Zaelani

Perbincangan yang mungkin taka da hentinya terus bergulir baik itu pagi siang sore hingga malam. Kali ini ada gurauan penting tak penting yang ku rasa harus dibahas dan dianggap serius dan patut untuk diperbincangkan. Siang itu tepat pada hari jum’at pukul 12.40 waktu Indonesia bagian barat, diri ini dan dirinya kembali bergurau dan tentunya bukan bergurau secara langsung sebab seperti perkataannya Abdoel Moeis dalam bukunya Salah Asuhan yang mengatakan barat tinggalah barat dan timur tinggalah timur memang benarlah adanya, namun hanya berbeda konteks, Abdoel Moeis berbicara adat, diri ini berbicara lokasi antara diriku dan dirinya. Berbicara jarak, semoga hal itu bukan menjadi masalah yang rumit sebab sejauh apapun jarak ketika kasih dan sayang sudah memanggil untuk menjemput sang putri maka saat itu tak ada jarak sejangkal pun bagiku untuk dirinya (semoga hal ini tidak dianggap lelucon olehnya). Ku kira cukuplah mempersoalkan jarak, ini karena Abdoel Moeis saja.

Balik pada persoalan gurauan yang dianggap penting tak penting. Diri ini sangat nyaman sejatinya ketika berbincang apapun itu bersamanya, namun saat itu, pada siang itu ada yang sangat mengganggu mood ini dan mengacaukan segala pikiran nyaman dalam sebuah perbincangan yang sangat menarik antara diri ini dan dirinya. Sejak sebulan yang lalu, diri ini sudah memutuskan apa yang ingin ku lakukan agar semua terbebas dari jeratan asmara yang bisa dibilang bangsat itu. Diri ini sudah mengkokohkan niat dan sudah bisa berjalan lurus tanpa menengok kanan kiri bahkan ke belakang. Namun sayang dirinya belum sadar rupanya bahwa niat ini benar-benar sudah bulat akan tujuan yang lebih penting tentang seorang gadis yang membuatku nyaman berbincang dan bertukar garis 10 detik. Ingatlah apa yang kau katakan waktu itu yang diri ini lupa pada hari dan tanggal berapa yang jelas dirimu mengatakan bahwa kau akan membantuku untuk tidak menengok ke belakang, aku ingat kau mengatakan hal tersebut tepat pada pukul 9.55.

Jika dirimu itu menganggap bahwa setiap perkataan ini adalah palsu maka silahkan kau hapus histori dan laporkan tulisan-tulisan ini sebagai sampah yang tak berguna. Dalam tulisan sebelumnya diri ini sudah menjelaskan apa yang ku harapkan tentang tujuan diri ini melangkah dan terus menunggu hingga sekat itu tidak ada. Memang sangat buruk niat yang terkahir yakni menunggu tidak adanya sekat, tapi itulah yang kudambakan saat ini.

Kembali pada persoalan bahwa diri ini sedikit kesal dan kecewa ketika kau kembali mengingatkan hal-hal yang sudah hampir tak tercium sama sekali dan sudah lepas dari pandangan, dirimu seakan mengacuhkan apa yang sudah ku jabarkan panjang lebar lewat tulisan-tulisan yang memang tak terlalu penting untukmu, yang diri ini sendiri tak tahu apa yang kau lakukan setelah meminta menulis sesuatu tentang dirimu. Diri ini kecewa tentang perkataanmu yang mengingatkan kebangsatan yang tak pantas kembali diperbincangkan. Kenapa diri ini bisa kecewa dan kesal mendengar kau mengingatkan kembali? Sudah sangat jelas jawabannya jika kau lebih teliti dengan orang dihadapanmu, kau adalah tujuan dari semua yang kulakukan saat ini, maka untuk apa kau kembali memaksa untuk memunculkan kebangsatan yang sudah lalu itu, karena sejatinya saat ini yang patut diperbincangkan hanyalah aku, kau dan sekat yang menurut keegoisanku harus hilang.

Barat Jakarta, 28 Juni 2015

Jumat, 19 Juni 2015

Coretan Dini Hari - Istimewa

Istimewa
Oleh Ahmad Zaelani

Pada tulisan sebelumnya aku telah menjelaskan bagaimana harapanku terhadap dirinya yang memiliki garis keindahan 10 detik. Tentang apa yang sedang aku lakukan dan mengapa aku melakukan itu semua. Namun semua itu tentunya memiliki alasan tersendiri. Dan alasan tersebut adalah karena bentuk keistimewaan yang dimiliki oleh dirinya yang mungkin hanya diri ini yang dapat merasakan, walaupun apa yang diri ini rasakan tidak sepenuhnya dapat ku rasakan dengan leluasa karena adanya sekat, aah bangsat!! Lagi-lagi sekat! Persetan dengan sekat itu, sudahlah bung, fokus.

Maaf saudara sekalian, aku jadi tidak fokus karena sekat itu. Baiklah kali ini aku akan coba gambarkan bagaimana keistimewaannya sehingga dapat memberikan alasan mengapa aku harus menunggu.

Sejatinya memang sudah lama diri ini merasakan keistimewaan darinya, bahkan dirinya pun sudah merasakan hal yang sama, hanya saja semua tidak berjalan dengan baik karena diri ini memiliki sekat waktu itu, dan dirinya belum, hingga saat ini semua berjalan terbalik, dan keistimewaan semakin terasa. Satu yang paling istimewa adalah garis yang hadir setelah 10 detik dari wajahnya yang sangat menggemaskan. Sebelumnya garis itu tidak terlihat nyata, dan ia berpikir bahwa mungkin hanya guyonan semata dan tidak memiliki arti, hingga akhirnya aku menjelaskan alasan dan kulakukan terus menerus untuk membuatnya yakin bahwa yang ia pikir sebagai guyonan adalah kenyataan yang sebenarnya serius dan datang bukan dari pikiran tapi dari hati.

Saat ini garis yang ku katakana 10 detik itu benar-benar terasa bahkan ketika garis itu menghilang, aku sungguh mencarinya kemana garis itu pergi, dan tanpa ku sadari, hal yang sama pun terjadi pada dirinya. Suatu ketika aku tidak sengaja tidak mengeluarkan “guyonan nyata” pada dirinya dan kemudian ternyata ia berkicau bahwa ia mencari dan menunggu garis yang dikatakannya guyonan itu. Entah apa yang membuat dirinya seperti ini, diri ini semakin bingung dengan kenyataan. Namun itulah yang membuat diri ini semakin percaya diri untuk menunggu hancurnya sekat di ruang ini.

Ahh goblok, sekat lagi, sekat lagi!!

Mungkin sejak tadi aku hanya menceritakan tentang garis, garis dan garis, lalu dimana keistimewan lainnya?

Dalam diri seorang wanita tentu tidak terlepas dari kesan feminis, dan dalam dirinya kesan feminis itu mampu hadir dan diimbangi dengan ketidakberlebihan seorang wanita, terkadang ia terlihat anggun dan terkadang tidak, tapi hebatnya ia bisa mengimbangi keduanya dan tetap terlihat sebagai dirinya yang energic dan menawan. Ahh iya dan yang membuat diri ini semakin terpikat adalah ketika ia meneteskan air matanya dihadapanku dan mampu tersenyum kembali entah itu karenaku atau bukan yang jelas itu adalah keistimewaan tersendiri dibalik sosok yang energic ia mengaku bahwa dirinya adalah gadis yang cengeng. Sebelumnya aku tak percaya bahwa ia sangat mudah meneteskan air mata, hingga sampai suatu ketika selama satu jam ia meneteskan air matanya di balik kaca helm, itu membuatku sedikit kaget, segitu besarnya salahku hingga aku diberikan air mata yang begitu deras selama satu jam. Aku hanya bisa mengobati hal tersebut dengan cara tertawa. Dasar bodoh kenapa ditertawakan? Ya begitulah aku belum terlalu mengerti bagaimana caranya menghapus tetesan itu dengan tepat. Mungkin inilah kelemahanku, dan diriku perlu waktu untuk mempelajari itu.

Saat ini waktu tengah menunjukkan pukul 4 pagi, dan aku masih sulit merangkai kata bagaimana menggambarkan betapa istimewa dirinya. Ia mampu hadir di tengah kekosongan hingga akhirnya diri ini masuk ke dalam ruang yang terdapat sekat. Ahh tai sekat lagi sekat lagi.

Mungkin yang dapat mewakilkan betapa istimewanya adalah ketika jemari ini mengetik sebuah pesan maka diri ini mengeluarkan senyum yang tidak bisa ditutupi, lalu ketika diri ini menatap wajahnya seakan tak bisa begitu saja melepaskan pandangan dari matanya sebelum garis itu hadir melelehkan tatapan, kemudian ketika berada bersama mulut ini tak dapat berkata seperti apa yang telah direncanakan sehingga seketika keduanya berdiam dan bingung ingin berkata apa hingga akhirnya keduanya berpisah dan baru sadar kenapa aku tidak berbicara seperti ini, dan yang paling terlihat bahwa ia istimewa adalah ketika diri ini memutuskan untuk menunggu sampai waktu itu tiba.
Dan mungkin hanya sedikit keistimewaan yang ku coret-coret disini, tapi sungguh sejatinya keistimewaan itu sangat luar biasa terasa terutama yang tidak bisa ku jabarkan disini.


Bangun Nusa, 20 Juni 2015

Coretan Penting Tengah Malam - Kenapa Menunggu?

Kenapa Menunggu?
Oleh Ahmad Zaelani

Sekarang adalah hari ini ditemani oleh kenyataan dan esok adalah harapan yang mungkin diselimuti oleh kekecewaan seperti hari yang lalu yang mana kekecewaan masih membayangi. Mungkin kalimat itu yang akan mengantarkan tulisan ini menuju titik fokus pada harapan yang entah akan terwujud kapan. Harapan itu sebenarnya ada di dalam sebuah lingkaran yang tak terputus, namun kadang ukuran lingkaran itu kecil bahkan besar. Kita tahu bahwa lingkaran tidaklah memiliki sisi, namun sepertinya hal tersebut ditolak dalam cerita ini. Lingkaran yang tak terputus itu nyatanya memiliki sisi, kadang aku di timur ia di barat, kadang aku di utara ia di selatan begitu pun sebaliknya, ia jarang sekali menyatukan lututnya dengan lututku bahkan hal tersebut bisa dibilang tak pernah. Tapi tak apa, dengan ia selalu ada di sisi lain dariku maka aku dengan leluasa menatap keindahan yang diberikan Tuhan kepada manusia walaupun keindahan tersebut sudah dimiliki manusia lainnya.

Oh iya aku sampai lupa bahwa yang ku maksud 'ia' adalah dirinya yang merespon garis 10 detik. Di awal aku katakan bahwa aku bisa menatap keindahan yang diberikan Tuhan kepada manusia, mungkin saat ini hanya diriku saja yang merasakan keindahan tersebut, atau hanya aku saja yang merasa terlalu percaya diri dengan menyebut bahwa itu adalah keindahan yang diberikan khusus untukku. Entahlah, memang benar apa kata orang di luar sana bahwa harapan harus sejalan dengan realitas, tapi menurutku tidak selalu seperti itu. Jika berbicara harapan harus sejalan dengan realita maka akan sia-sia apa yang aku lakukan saat ini.

Saat ini aku dan dirinya sedang berada dalam ruang yang sama, namun sayang dalam ruangan ini terdapat sekat yang cukup mengganggu. Oh tunggu maksudku mengganggu hanya untuk diriku bukan dirinya. Dalam ruang ini mungkin aku yang salah karena berani masuk tanpa berpikir panjang, tapi itu orang lain yang berkata bahwa aku tidak berpikir panjang, aku memutuskan untuk masuk ke ruang ini, masuk ke dalam ruang yang di dalamnya ada dirinya ditemani keindahan garis 10 detik sudah berpikir lebih lama bahkan… ah sudahlah tak perlu diungkit masa lalu yang penuh kekecewaan. Ingat apa yang aku katakana di atas bahwa hari ini adalah kenyataan dan masa lalu adalah kekecewaan.

Mengapa aku begitu bodoh melakukan hal ini? Masuk ke dalam ruang yang di dalamnya ada dirinya yang akhirnya ia pun mencoba menutup dirinya dengan sekat itu? Dasar tolol, itu sudah menjadi risiko, tak perlu disesali, ingat tujuan, ingat pertama kali dirimu ini memutuskan bahwa dia sebagai pemilik garis 10 detik adalah orang yang terakhir menjadi “teman”. Bukankah kamu sendiri yang sudah memantapkan niat untuk menunggu??

Aaaahhh… pemikiran macam apa itu? Aku heran apakah pikiran itu bisa dikatakan penyemangat untuk diri ini terus menunggu. Iya mungkin iya, aku memang sudah berniat untuk menunggu, tapi bukan berarti aku harus merusak sekat, tidak, aku tidak akan merusak sekat di ruangan ini, hanya saja aku ingin sekali mendobrak sekat ini agar keindahan 10 detik akan terlihat dengan sangat jelas dan bahkan tidak hanya 10 detik tapi sepanjang waktu.

Apa yang baru saja ku katakan adalah harapan, harapan untuk menjadikan dirinya teman terakhir sampai diri ini tak bisa menatap indahnya matahari terbenam dari jalan layang yang menjadi titik kesukaanku di kota ini.

Tapi apakah diri ini terlalu egois jika harus memaksakan kehendak tentang dirinya?
Sudahlah… hanya waktu yang bisa menjadi teman dirimu dalam menunggu sebuah keajaiban. Harapan tetap harapan walaupun nyatanya apa yang diri ini harapkan tidak sesuai dengan realita dan terlalu percaya diri.

Terima kasih garis keindahan 10 detik!

Bangun Nusa - 20 Juni 2015

Coretan Tolol - Sudah Cukup

SUDAH CUKUP
Anonymous


Aku baru saja mengakhiri hubunganku dengan Tia sebulan yang lalu, sangat sulit kenyataan ini ku terima sebab perasaan yang begitu dalam yang ku simpan dan ku jaga selama tiga tahun ini sangatlah kuat bahkan diri ini yakin bahwa kekuatan kasih cinta dan sayang ini tidak akan ada yang bisa menghancurkan. Mengingat hubungan yang berjalan sangat dramatis dan melankolis ini memang selalu membawa senyum tersendiri jika suatu ketika teringat dalam bayangan. Namun apa daya harapan akan kekuatan cinta ini tidak dapat bertahan jika yang memperjuangkannya hanyalah diri ini seorang. Sore itu ia meminta untuk mengakhiri semua ini, saat aku sedang sibuk akan tanggung jawab yang memang benar tidak bisa dilepaskan begitu saja. Diri ini berusaha sabar akan keputusan tersebut dan menganggap bahwa itu adalah kejenuhan seorang wanita semata yang nantinya akan kembali pada titik normal seperti sedia kala, karena disisi lain pula diri ini yakin akan dirinya. Hingga pada dua hari berlalu setelah kepenatan dan tanggung jawab akan pekerjaan berkurang sedikit, aku mulai berpikir tentang apa yang terjadi dan mengapa bisa sampai terjadi.

Malam itu pukul sebelas malam aku menyendiri di atas rumput hijau di temani cahaya rembulan yang terhalang oleh dahan pohon ditaman kampus. Aku teringat dengan apa yang baru saja terjadi dengan hubunganku ini. Mengapa bisa terjadi? Mengapa tiba-tiba ia menghilang dan memutuskan untuk mengakhiri? Aku periksa ponselku yang memang selalu tidak ada signal dikala aku berada di kampus. Aku mencari dan terus mencari batang demi batang signal yang ku harapkan akan membuahkan sesuatu. Yaa beberapa menit aku mendapatkan signal, seketika diri ini mencari namanya dan berusaha menghubunginya hingga tak sadar sudah puluhan kali ponsel ini menghubunginya namun taka da jawaban apapun darinya. Aku putuskan untuk segera pulang dan mencoba menghubunginya lagi di rumah.

Jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam, aku sampai pada kamar yang mengisahkan segalanya tentang dia dan tentang hubungan percintaan yang terjadi selama 3 tahun ini. Ku bergegas meraih ponsel dan terus menghubunginya tetap tidak ada jawaban baik darinya hingga ada dering pesan yang berisi bahwa ia tidak ingin ditelfon. Kekuatan kasih sayang dan cinta memang tidak pernah membohongi orang yang mengidapnya, perlahan tetesan air dari kelopak mata jatuh ke lantai secara perlahan dan bibir ini gemetar melihat dinding yang mengisahkan perjalanan semuanya.

BANGSAT! Untuk apa menulis seperti ini? Berharap akan ada perubahan dari hubungan yang sudah tak bernyawa? Masih mengharapkan ia akan kembali dengan tangisan kemudian memelukmu seperti pada waktu pertama ketika diri ini memutuskan hubungan? Jangan berharap terlalu tinggi! Ini bukan hanya soal kasih sayang dan cinta semata, tapi ini soal materi, ini soal persetujuan yang tak mungkin menyatu antara kalian? Sadarlah bahwa dirimu ini sudah dibuang ketika kamu menghampirinya pukul satu malam dan meneteskan air mata di depannya, sungguh perbuatan bodoh yang dilakukan seorang pria, menjatuhkan harga diri demi berjuang akan cinta kasih, perjuangan yang sia-sia ketika kamu menganggap ini soal kasih sayang semata. TIDAK!

Sadarlah bahwa, sudah cukup kau berjuang dalam kemacetan untuk menjemputnya, sudah cukup kau mendapat kemarahan akibat ia menunggu satu jam kedatanganmu untuk menjemputnya? sudah cukup kau merelakan absensi untuk bisa bertemu dengannya, sudah cukup kau tidak makan hanya demi mengumpulkan uang agar bisa mengajaknya pergi ke tempat yang sebenarnya tidak kau suka, sudah cukup kau mendengar cerita dari mulutnya mengenai barang-barang mewah yang ia inginkan, sudah cukup kau berbohong pada temanmu untuk tidak latihan hanya demi bertemu dengannya, sudah cukup kau mencari signal untuk menghubunginya di kampus yang selalu dianggapnya hutan, sudah cukup kau dibilang tukang ojek ketika ia ditelpon oleh orang tuanya, dan mungkin yang terakhir sudah cukup kau dikatakan tidak merindukan dirinya yang jelas-jelas selalu kau pikirkan setiap kali kau melangkah pergi.
Saat ini ia sudah mandiri, ia sudah tak memerlukan tukang ojek, ia sudah menemukan teman yang bisa mendengarkan ceritanya tentang barang-barang mewah yang diinginkannya, ia sudah bisa bepergian kemana pun tanpa harus menggunakan masker dan jaket, ia sudah bebas untuk tidak menunggu selama satu jam demi orang yang tidak penting, dan mungkin yang terakhir ia sudah terbebas dari segala ikatan yang selama ini kau genggam erat.

Selamat tinggal!


Ditulis pada 6/8/15

Minggu, 18 Januari 2015

Cerita dari Pikiran Buntu Tengah Malam - SARAH, Nyonya yang Kelelahan

SARAH, Nyonya Yang Kelelahan
Sebuah perjalanan pastinya akan ada titik dimana perjalanan itu telah selesai, bisa kita analogikan dengan sebuah track lari, jika kita start di kilometer nol maka nantinya kita akan finish di kilometer selanjutnya. Semua itu pasti ada akhirnya, dan untuk menuju akhiran tersebut setiap orang jelas berbeda-beda menggunakan cara yang mereka inginkan. Mungkin saja ada orang yang menjalankannya dengan cepat tanpa halangan atau bahkan sebaliknya, atau bisa pula ada yang berhenti di tengah perjalanan menuju garis finish karena mungkin rasa lelah telah menyelimutinya. Dan untuk akhir dari perjalanan itu sendiri setiap orang jelas memiliki motivasi untuk mengakhiri perjalanannya bagaimana, ada yang bahagia karena memang dlam perjalanananya tidak terlalu mengalami kendala, tapi ada pula yang ditengah perjalanan mengalami kendala namun di akhir ia sangat bahagia dengan apa yabg diperolehnya.

Tapi sudahlah, sudah cukup sesi pembukaan di atas, tak perlu kuberikan penjelasan dan analogi berpanjang lebar seperti novel.

Berbicara tentang lelah, setiap orang pasti merasakan kelelahan di setiap perbuatan yang menurutnya sabgat menguras tenaga. Aku sendiri pun pernah merasakan kelelahan yang teramat sangat, namun jelas konteks nya berbeda dengan berolahraga. Aku merasa lelah, lelah sekali dengan apa yang ku lakukan, bahkan sempat berpikir, untuk apa ku lakukan hal seperti ini, aku mengejar-ngejar hal dan berharap akan sebuah perubahan namun nyatanya sampai detik ini pun perubahan itu tak kunjung terlihat sedikit pun. Ini adalah ceritaku sewaktu bersama (sebut saja Sarah). Sarah adalah gadis yang benar-benar ku dambakan hingga tak ingin sedikitpun aku lewatkan kesempatan bersamanya. Aku dan dia berhubungan cukup lama bahkan hingga timbul pertanyaan untuk apa harus selama itu?.

Setiap kali ada kesempatan untuk bertemu, aku akan coba usahakan semampuku, walaupun aku sedang ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Tapi aku pikir bahwa kesempatan bertemu sepertinya lebih penting dari pada pekerjaan-pekerjaanku. Jika dirasakan, tubuh ini sangatlah lelah, melakukan hal tersebut berulangkali melihat jarak yang tidak bisa dikatakan dekat. Hubunganku dengan Sarah sama sekali tidak ada perubahan dari awal hingga sekarang mengenai orang tua, malah sepertinya kebencian orang tua justru semakin bertambah tingkatannya. Aku terus berharap semua ini akan berubah dan berjalan lebih indah hingga bisa ku tunjukan kebahagiaan itu pada semua orang. Tapi mungkin itu hanya khayalan yang tak akan terjadi.

Aku merasa lelah dengan penantian, aku merasa lelah dengan apa yang kulakukan setiap kali bertemu tanpa ada apresiasi istimewa ketika berpisah, aku lelah bersembunyi di balik pagar atau di balik mobil, dan aku pun terkadang lelah menuruti kemauannya yang mungkin bagiku sangat sulit, aku lelah dipermalukannya di tempat umum dengan caranya yang seperti memegang kendali kendaraan, aku lelah berharap padanya tentang sesuatu yang kuharapkan namun ia tidak pernah mengharapkan, dan aku pun lelah bertindak cepat dan sigap ketika ia tak tau aku sudah berusaha cepat. Banyak kelelahan yang ku rasakan jika semua kelalahan itu ku ungkapkan kepadanya, namun itu sepertinya tidak adil, tak pantas aku mengatakan lelah dihadapan orang yang ku idam-idamkan itu.

Aku pun meminta satu hal kepadanya agar aku merasa rasa lelahku ini hilang dan bisa terlupakan sehingga aku taj perlu merakan kelelahan ini dan itu. Memang, mungkin permintaan itu sejak awal salah, dan mungkin ia sangat tidak suka. Namun menurutku ini berbeda, aku berusaha agar ia bisa melakukannya, aku arahkan dan ku berikan caranya. Namun ternyata ia tak mau. Hati kecilku ini merasa kecewa dengan sikapnya. Namun tak apa, itu sudah biasa, aku seakan terbiasa dengan penolakan terhadap permintaanku. Entah mengapa walau sesungguhnya hati ini merasa benar-benar sedih ketika ia menolaknya.

Aku mencoba melupakan kekecewaan itu dengan berdiam diri, aku mencoba berpikir apa yang harus aku lakukan agar semua ini tidak terulang. Agar semua kembali seperti sedia kala. Namun ia berpikir lain, ia merasa lelah, ia bahkan mengungkapkannya, dan aku yakin bahwa kali ini ia benar-benar lelah. Mungkin memang permintaanku konyol, tapi ku rasa itu bisa ia lakukan jika ia mau mencobanya.
Ia mengungkapkan kelelahannya itu seperti lelah yang sudah pada tingkat tertinggi. Ya mungkin memang aku yang salah, aku salah membuatnya lelah, aku salah tidak menuruti apa yang ia mau.


Perjalanan pun terputus di tengah track, mereka berdua berdiam tanpa saling sapa, terus begitu hingga waktu yabg tak dapat ditentukan. Entahlah perjalananini harus berkahir di garis finish dengan perasaan yang gembira atau sebaliknya.


Cerita di atas adalah tentang tokoh Tuan dan Nyonya (sebut saja Sarah)