Senin, 06 Juli 2015

Coretan Tengah Malam - Puncak Gelisah

PUNCAK GELISAH
Sudah begitu banyak kata-kata yang terucap dari bibirmu namun hanya segelintir yang mampu menggambarkan bagaimana keadaan sesungguhnya yang membuat diri ini percaya dan sadar akan keadaan yang semestinya yang akhirnya timbur beragam pertanyaan yang mampu mengusik ketanangan di kala sunyi yang kurasakan di sebuah kursi yang menghadap kepada dinding lusuh di kamar busuk ini.

Pertanyaan yang sejak dulu ku pertanyakan kepadamu adalah tentang alasan mengapa aku harus menulis, mengapa aku harus menceritakan sesuatu tentangmu yang kuceritakan kepada orang-orang terdekatku, dan mengapa aku harus terus menjawab pertanyaanmu sementara dirimu tak menjawab pertanyaanku malah mengabaikan apa yang ku anggap penting dan serius tentang aku dan dirimu.

Beberapa waktu lalu kau memberikan sebuah jawaban dari salah satu pertanyaan yang ku ajukan, kau menjawab bahwa hal yang ku lakukan kepadamu sudah tidak didapat dari dirinya yang menjadi sekat di antara kita. Lalu saat ini timbul kegelisahan yang menghantui dari jawaban tersebut. Kau sudah tidak mendapatkan kenyamanan darinya lantas mengapa kau pertahankan sekat yang sebenarnya sudah melapasmu? Bukankah diri ini yang kau tahu sudah menanti datangnya waktu dimana sekat itu hancur. Yaa mungkin cinta, cinta yang menjadi landasan mengapa sekat itu kau tarik kembali dan kau bangun kembali hingga kokoh dan tak akan terhancurkan.

Diri ini tak dapat berbuat banyak selain merasakan getir kehancuran ketika sudah terbang waktu lalu dimana saat itu sedang dirundung kegelisahan antara bahagia atau rasa simpati, perlahan kebahagiaan itu terasa dan semakin membuat diri ini percaya bahwa kepemilikan akan hatimu akan ada padaku seutuhnya, namun ternyata tidak semudah itu. Kau yang juga sebenarnya merasakan kenyamanan pada diri ini justru membuat kehancuran akan hati seseorang yang penuh harap tentangmu. Jelas bahwa dirimu sudah tidak nyaman dengan dirinya, tapi entahlah, aku tak dapat berbuat banyak.
Jika kau tahu aku sangat senang membaca tulisan dari seorang Daeng Khrisna terlebih dengan perkataanya yang membuatku yakin untuk membuat keputusan akan kebahagiaanmu bukanlah ada pada kepemilikanku.

Sebut saja hatimu telah ditumbuhi cinta dari yang lain, merindumu sering kali lebih membahagiakan dibanding memilikimu.”

Selamat akan kembalinya cinta yang kau harapkan dan tak kuharapkan, perlahan kata sekat tidak akan ada lagi di antara kita dan sang pemuja itu perlahan akan sirna diterpa kehampaan yang diselimuti rasa pilu.



Barat Jakarta, 7 Juli 2015

Tidak ada komentar: