Minggu, 28 Juni 2015

Coretan Tanda Tanya - Haruskah?



HARUSKAH?
Ahmad Zaelani


Diri ini sangat senang ketika dirimu tahu bahwa aku suka menulis tentang dirimu karena apa yang di awal aku tulis aku tak berharap bahwa dirimu akan membacanya. Terlebih aku bersyukur jika dirimu menyukai apa yang ku goreskan dalam dunia buntu ini, hanya saja mulai hadir pertanyaan yang memang harus kau jawab ketika kau mulai memintaku untuk kembali menulis dan menulis lagi tentang dirimu. Yaa aku tahu bahwa dirimu sangat menyukai tulisan yang membicarakan tentang dirimu. Namun pertanyaan ini sangat kuat dan butuh jawaban pasti agar jemari ini bisa leluasa menuliskan apa yang ada dipikiranku tentang dirimu. Aku berharap ketika kau membaca ini, kau mau menjawab pertanyaan yang sebenarnya sudah sering ku ajukan namun tak satu pun jawaban yang ku harapkan keluar dari bibirmu yang manis itu.

Mengapa kau memintaku menulis?

Apa yang kau lakukan setelah kau membaca tulisanku? 

Apakah akan ada perubahan dan kau melakukan sesuatu sesuai dengan yang ku tuliskan tentangmu? 

Apakah setelah kau membaca tulisan-tulisanku kau akan menyimpannya dan mencoba untuk mengubah keadaan yang saat ini berada dalam titik kebimbangan antara aku kau dan sekat?


Terima kasih.


Kamar Busuk, 28 Juni 2015

Coretan Keraguan - RAGU



RAGU
Ahmad Zaelani


Malam seperti biasa dimana suasana kampus menjadi teman yang mungkin akan terus menjadi teman sunyi di kala malam dengan suara teriakan sana sini yang tak diketahui dari mana datangnya teriakan itu, teriakan yang menandakan bahwa ada kumpulan orang-orang yang melakukan kegiatannya sendiri tanpa beban dan terus terbenam oleh keasyikan di kelompoknya. Ada suatu ketika diri ini tak semenarik biasanya, tak melakukan kebiasaan yang orang lain sudah paham, tak menatap mata dirinya yang sudah menjadi kebiasaan rutin, dan tak memberikan garis 10 detik yang sudah menjadi bumbu di malam hari.

Aku sangat senang ketika dirinya terlihat begitu semangat, terlihat begitu ceria, dan sangat lepas mengeluarkan tawa yang sangat khas walaupun itu semua hadir bukan denganku, dan diri ini hanya perhatikan hal tersebut secara diam dan memberikannya garis 10 detik ketika ia menengok ke arahku. Sebelum begitu jauh masuk ke dalam tulisan ini, aku hanya ingin menakankan bahwa aku hanyalah seorang pengamat yang memperhatikan seorang gadis yang ada di dalam tujuan dan harapan hidupku, hanya mengamati, tidak lebih, jadi tidak ada untukku hak dan lainnya untuk bisa memaksakan apa yang aku mau.

Baik itu disadari atau pun tidak, mata ini selalu memperhatikan gerak gerik dirinya yang menurutku memang patut untuk diperhatikan agar aku bisa belajar tentang dirinya lewat gerak bukan hanya dengan bahasa ucapan dari dirinya.  Hingga samapai suatu ketika aku sering kali heran dan ragu dengan apa yang ia lakukan, ingat aku hanya memperhatikan dan ini adalah asumsi pribadiku tentang dirinya. Entah apa yang merasuki pikiranku sehingga aku berpikir hal yang sepertinya tidak mungkin. Aku melihat dirinya begitu akrab dengan banyak orang, namun kutahu bahwa ia memang akrab dengan orang itu dan tak bisa dipungkiri aku pun tahu bahwa ia juga melakukan texting dengan orang itu. Aku berusaha berpikir positif dan tetap menganggap bahwa itu tidak ada artinya. Namun apa yang merasuki pikiran ini begitu kuat hingga aku teringat dengan suatu perbincangan yang saat itu terjadi hingga pukul 3 pagi sebelum ramadhan. Aku sengaja memancing dan melihat bahwa dirinya juga melakukan texsing yang begitu intens dan ada hal yang ditutupi dan aku tak diizinkan untuk melihat, aneh memang. Entah apa yang ditutupi sampai saat ini aku pun tak mengetahuinya. Hal itulah yang membuat perasaan ragu bercampur pikiran yang kacau mengobrak-abrik semuanya, terkadang keraguan itu hadir dan membuat ku terdiam seketika. Memang mungkin ini hanyalah ketakutanku akan kehilangan, tapi aku hanya memperhatikan dirinya dan itulah yang kulihat, sangat akrab, nyaman, ceria, dan tanpa beban. Itulah yang kudapat ketika ku perhatikan dirinya dengan orang lain dan yang menjadi keraguan tertinggiku adalah apakah hal tersebut terjadi ke semua orang di dekatnya? canda tawa, hingga texting yang intens juga dilakukan ke semua.

Barat Jakarta, 28 Juni 2015

Coretan Penting - Jangan Sebut Lagi



JANGAN SEBUT LAGI
Ahmad Zaelani

Perbincangan yang mungkin taka da hentinya terus bergulir baik itu pagi siang sore hingga malam. Kali ini ada gurauan penting tak penting yang ku rasa harus dibahas dan dianggap serius dan patut untuk diperbincangkan. Siang itu tepat pada hari jum’at pukul 12.40 waktu Indonesia bagian barat, diri ini dan dirinya kembali bergurau dan tentunya bukan bergurau secara langsung sebab seperti perkataannya Abdoel Moeis dalam bukunya Salah Asuhan yang mengatakan barat tinggalah barat dan timur tinggalah timur memang benarlah adanya, namun hanya berbeda konteks, Abdoel Moeis berbicara adat, diri ini berbicara lokasi antara diriku dan dirinya. Berbicara jarak, semoga hal itu bukan menjadi masalah yang rumit sebab sejauh apapun jarak ketika kasih dan sayang sudah memanggil untuk menjemput sang putri maka saat itu tak ada jarak sejangkal pun bagiku untuk dirinya (semoga hal ini tidak dianggap lelucon olehnya). Ku kira cukuplah mempersoalkan jarak, ini karena Abdoel Moeis saja.

Balik pada persoalan gurauan yang dianggap penting tak penting. Diri ini sangat nyaman sejatinya ketika berbincang apapun itu bersamanya, namun saat itu, pada siang itu ada yang sangat mengganggu mood ini dan mengacaukan segala pikiran nyaman dalam sebuah perbincangan yang sangat menarik antara diri ini dan dirinya. Sejak sebulan yang lalu, diri ini sudah memutuskan apa yang ingin ku lakukan agar semua terbebas dari jeratan asmara yang bisa dibilang bangsat itu. Diri ini sudah mengkokohkan niat dan sudah bisa berjalan lurus tanpa menengok kanan kiri bahkan ke belakang. Namun sayang dirinya belum sadar rupanya bahwa niat ini benar-benar sudah bulat akan tujuan yang lebih penting tentang seorang gadis yang membuatku nyaman berbincang dan bertukar garis 10 detik. Ingatlah apa yang kau katakan waktu itu yang diri ini lupa pada hari dan tanggal berapa yang jelas dirimu mengatakan bahwa kau akan membantuku untuk tidak menengok ke belakang, aku ingat kau mengatakan hal tersebut tepat pada pukul 9.55.

Jika dirimu itu menganggap bahwa setiap perkataan ini adalah palsu maka silahkan kau hapus histori dan laporkan tulisan-tulisan ini sebagai sampah yang tak berguna. Dalam tulisan sebelumnya diri ini sudah menjelaskan apa yang ku harapkan tentang tujuan diri ini melangkah dan terus menunggu hingga sekat itu tidak ada. Memang sangat buruk niat yang terkahir yakni menunggu tidak adanya sekat, tapi itulah yang kudambakan saat ini.

Kembali pada persoalan bahwa diri ini sedikit kesal dan kecewa ketika kau kembali mengingatkan hal-hal yang sudah hampir tak tercium sama sekali dan sudah lepas dari pandangan, dirimu seakan mengacuhkan apa yang sudah ku jabarkan panjang lebar lewat tulisan-tulisan yang memang tak terlalu penting untukmu, yang diri ini sendiri tak tahu apa yang kau lakukan setelah meminta menulis sesuatu tentang dirimu. Diri ini kecewa tentang perkataanmu yang mengingatkan kebangsatan yang tak pantas kembali diperbincangkan. Kenapa diri ini bisa kecewa dan kesal mendengar kau mengingatkan kembali? Sudah sangat jelas jawabannya jika kau lebih teliti dengan orang dihadapanmu, kau adalah tujuan dari semua yang kulakukan saat ini, maka untuk apa kau kembali memaksa untuk memunculkan kebangsatan yang sudah lalu itu, karena sejatinya saat ini yang patut diperbincangkan hanyalah aku, kau dan sekat yang menurut keegoisanku harus hilang.

Barat Jakarta, 28 Juni 2015

Jumat, 19 Juni 2015

Coretan Dini Hari - Istimewa

Istimewa
Oleh Ahmad Zaelani

Pada tulisan sebelumnya aku telah menjelaskan bagaimana harapanku terhadap dirinya yang memiliki garis keindahan 10 detik. Tentang apa yang sedang aku lakukan dan mengapa aku melakukan itu semua. Namun semua itu tentunya memiliki alasan tersendiri. Dan alasan tersebut adalah karena bentuk keistimewaan yang dimiliki oleh dirinya yang mungkin hanya diri ini yang dapat merasakan, walaupun apa yang diri ini rasakan tidak sepenuhnya dapat ku rasakan dengan leluasa karena adanya sekat, aah bangsat!! Lagi-lagi sekat! Persetan dengan sekat itu, sudahlah bung, fokus.

Maaf saudara sekalian, aku jadi tidak fokus karena sekat itu. Baiklah kali ini aku akan coba gambarkan bagaimana keistimewaannya sehingga dapat memberikan alasan mengapa aku harus menunggu.

Sejatinya memang sudah lama diri ini merasakan keistimewaan darinya, bahkan dirinya pun sudah merasakan hal yang sama, hanya saja semua tidak berjalan dengan baik karena diri ini memiliki sekat waktu itu, dan dirinya belum, hingga saat ini semua berjalan terbalik, dan keistimewaan semakin terasa. Satu yang paling istimewa adalah garis yang hadir setelah 10 detik dari wajahnya yang sangat menggemaskan. Sebelumnya garis itu tidak terlihat nyata, dan ia berpikir bahwa mungkin hanya guyonan semata dan tidak memiliki arti, hingga akhirnya aku menjelaskan alasan dan kulakukan terus menerus untuk membuatnya yakin bahwa yang ia pikir sebagai guyonan adalah kenyataan yang sebenarnya serius dan datang bukan dari pikiran tapi dari hati.

Saat ini garis yang ku katakana 10 detik itu benar-benar terasa bahkan ketika garis itu menghilang, aku sungguh mencarinya kemana garis itu pergi, dan tanpa ku sadari, hal yang sama pun terjadi pada dirinya. Suatu ketika aku tidak sengaja tidak mengeluarkan “guyonan nyata” pada dirinya dan kemudian ternyata ia berkicau bahwa ia mencari dan menunggu garis yang dikatakannya guyonan itu. Entah apa yang membuat dirinya seperti ini, diri ini semakin bingung dengan kenyataan. Namun itulah yang membuat diri ini semakin percaya diri untuk menunggu hancurnya sekat di ruang ini.

Ahh goblok, sekat lagi, sekat lagi!!

Mungkin sejak tadi aku hanya menceritakan tentang garis, garis dan garis, lalu dimana keistimewan lainnya?

Dalam diri seorang wanita tentu tidak terlepas dari kesan feminis, dan dalam dirinya kesan feminis itu mampu hadir dan diimbangi dengan ketidakberlebihan seorang wanita, terkadang ia terlihat anggun dan terkadang tidak, tapi hebatnya ia bisa mengimbangi keduanya dan tetap terlihat sebagai dirinya yang energic dan menawan. Ahh iya dan yang membuat diri ini semakin terpikat adalah ketika ia meneteskan air matanya dihadapanku dan mampu tersenyum kembali entah itu karenaku atau bukan yang jelas itu adalah keistimewaan tersendiri dibalik sosok yang energic ia mengaku bahwa dirinya adalah gadis yang cengeng. Sebelumnya aku tak percaya bahwa ia sangat mudah meneteskan air mata, hingga sampai suatu ketika selama satu jam ia meneteskan air matanya di balik kaca helm, itu membuatku sedikit kaget, segitu besarnya salahku hingga aku diberikan air mata yang begitu deras selama satu jam. Aku hanya bisa mengobati hal tersebut dengan cara tertawa. Dasar bodoh kenapa ditertawakan? Ya begitulah aku belum terlalu mengerti bagaimana caranya menghapus tetesan itu dengan tepat. Mungkin inilah kelemahanku, dan diriku perlu waktu untuk mempelajari itu.

Saat ini waktu tengah menunjukkan pukul 4 pagi, dan aku masih sulit merangkai kata bagaimana menggambarkan betapa istimewa dirinya. Ia mampu hadir di tengah kekosongan hingga akhirnya diri ini masuk ke dalam ruang yang terdapat sekat. Ahh tai sekat lagi sekat lagi.

Mungkin yang dapat mewakilkan betapa istimewanya adalah ketika jemari ini mengetik sebuah pesan maka diri ini mengeluarkan senyum yang tidak bisa ditutupi, lalu ketika diri ini menatap wajahnya seakan tak bisa begitu saja melepaskan pandangan dari matanya sebelum garis itu hadir melelehkan tatapan, kemudian ketika berada bersama mulut ini tak dapat berkata seperti apa yang telah direncanakan sehingga seketika keduanya berdiam dan bingung ingin berkata apa hingga akhirnya keduanya berpisah dan baru sadar kenapa aku tidak berbicara seperti ini, dan yang paling terlihat bahwa ia istimewa adalah ketika diri ini memutuskan untuk menunggu sampai waktu itu tiba.
Dan mungkin hanya sedikit keistimewaan yang ku coret-coret disini, tapi sungguh sejatinya keistimewaan itu sangat luar biasa terasa terutama yang tidak bisa ku jabarkan disini.


Bangun Nusa, 20 Juni 2015

Coretan Penting Tengah Malam - Kenapa Menunggu?

Kenapa Menunggu?
Oleh Ahmad Zaelani

Sekarang adalah hari ini ditemani oleh kenyataan dan esok adalah harapan yang mungkin diselimuti oleh kekecewaan seperti hari yang lalu yang mana kekecewaan masih membayangi. Mungkin kalimat itu yang akan mengantarkan tulisan ini menuju titik fokus pada harapan yang entah akan terwujud kapan. Harapan itu sebenarnya ada di dalam sebuah lingkaran yang tak terputus, namun kadang ukuran lingkaran itu kecil bahkan besar. Kita tahu bahwa lingkaran tidaklah memiliki sisi, namun sepertinya hal tersebut ditolak dalam cerita ini. Lingkaran yang tak terputus itu nyatanya memiliki sisi, kadang aku di timur ia di barat, kadang aku di utara ia di selatan begitu pun sebaliknya, ia jarang sekali menyatukan lututnya dengan lututku bahkan hal tersebut bisa dibilang tak pernah. Tapi tak apa, dengan ia selalu ada di sisi lain dariku maka aku dengan leluasa menatap keindahan yang diberikan Tuhan kepada manusia walaupun keindahan tersebut sudah dimiliki manusia lainnya.

Oh iya aku sampai lupa bahwa yang ku maksud 'ia' adalah dirinya yang merespon garis 10 detik. Di awal aku katakan bahwa aku bisa menatap keindahan yang diberikan Tuhan kepada manusia, mungkin saat ini hanya diriku saja yang merasakan keindahan tersebut, atau hanya aku saja yang merasa terlalu percaya diri dengan menyebut bahwa itu adalah keindahan yang diberikan khusus untukku. Entahlah, memang benar apa kata orang di luar sana bahwa harapan harus sejalan dengan realitas, tapi menurutku tidak selalu seperti itu. Jika berbicara harapan harus sejalan dengan realita maka akan sia-sia apa yang aku lakukan saat ini.

Saat ini aku dan dirinya sedang berada dalam ruang yang sama, namun sayang dalam ruangan ini terdapat sekat yang cukup mengganggu. Oh tunggu maksudku mengganggu hanya untuk diriku bukan dirinya. Dalam ruang ini mungkin aku yang salah karena berani masuk tanpa berpikir panjang, tapi itu orang lain yang berkata bahwa aku tidak berpikir panjang, aku memutuskan untuk masuk ke ruang ini, masuk ke dalam ruang yang di dalamnya ada dirinya ditemani keindahan garis 10 detik sudah berpikir lebih lama bahkan… ah sudahlah tak perlu diungkit masa lalu yang penuh kekecewaan. Ingat apa yang aku katakana di atas bahwa hari ini adalah kenyataan dan masa lalu adalah kekecewaan.

Mengapa aku begitu bodoh melakukan hal ini? Masuk ke dalam ruang yang di dalamnya ada dirinya yang akhirnya ia pun mencoba menutup dirinya dengan sekat itu? Dasar tolol, itu sudah menjadi risiko, tak perlu disesali, ingat tujuan, ingat pertama kali dirimu ini memutuskan bahwa dia sebagai pemilik garis 10 detik adalah orang yang terakhir menjadi “teman”. Bukankah kamu sendiri yang sudah memantapkan niat untuk menunggu??

Aaaahhh… pemikiran macam apa itu? Aku heran apakah pikiran itu bisa dikatakan penyemangat untuk diri ini terus menunggu. Iya mungkin iya, aku memang sudah berniat untuk menunggu, tapi bukan berarti aku harus merusak sekat, tidak, aku tidak akan merusak sekat di ruangan ini, hanya saja aku ingin sekali mendobrak sekat ini agar keindahan 10 detik akan terlihat dengan sangat jelas dan bahkan tidak hanya 10 detik tapi sepanjang waktu.

Apa yang baru saja ku katakan adalah harapan, harapan untuk menjadikan dirinya teman terakhir sampai diri ini tak bisa menatap indahnya matahari terbenam dari jalan layang yang menjadi titik kesukaanku di kota ini.

Tapi apakah diri ini terlalu egois jika harus memaksakan kehendak tentang dirinya?
Sudahlah… hanya waktu yang bisa menjadi teman dirimu dalam menunggu sebuah keajaiban. Harapan tetap harapan walaupun nyatanya apa yang diri ini harapkan tidak sesuai dengan realita dan terlalu percaya diri.

Terima kasih garis keindahan 10 detik!

Bangun Nusa - 20 Juni 2015

Coretan Tolol - Sudah Cukup

SUDAH CUKUP
Anonymous


Aku baru saja mengakhiri hubunganku dengan Tia sebulan yang lalu, sangat sulit kenyataan ini ku terima sebab perasaan yang begitu dalam yang ku simpan dan ku jaga selama tiga tahun ini sangatlah kuat bahkan diri ini yakin bahwa kekuatan kasih cinta dan sayang ini tidak akan ada yang bisa menghancurkan. Mengingat hubungan yang berjalan sangat dramatis dan melankolis ini memang selalu membawa senyum tersendiri jika suatu ketika teringat dalam bayangan. Namun apa daya harapan akan kekuatan cinta ini tidak dapat bertahan jika yang memperjuangkannya hanyalah diri ini seorang. Sore itu ia meminta untuk mengakhiri semua ini, saat aku sedang sibuk akan tanggung jawab yang memang benar tidak bisa dilepaskan begitu saja. Diri ini berusaha sabar akan keputusan tersebut dan menganggap bahwa itu adalah kejenuhan seorang wanita semata yang nantinya akan kembali pada titik normal seperti sedia kala, karena disisi lain pula diri ini yakin akan dirinya. Hingga pada dua hari berlalu setelah kepenatan dan tanggung jawab akan pekerjaan berkurang sedikit, aku mulai berpikir tentang apa yang terjadi dan mengapa bisa sampai terjadi.

Malam itu pukul sebelas malam aku menyendiri di atas rumput hijau di temani cahaya rembulan yang terhalang oleh dahan pohon ditaman kampus. Aku teringat dengan apa yang baru saja terjadi dengan hubunganku ini. Mengapa bisa terjadi? Mengapa tiba-tiba ia menghilang dan memutuskan untuk mengakhiri? Aku periksa ponselku yang memang selalu tidak ada signal dikala aku berada di kampus. Aku mencari dan terus mencari batang demi batang signal yang ku harapkan akan membuahkan sesuatu. Yaa beberapa menit aku mendapatkan signal, seketika diri ini mencari namanya dan berusaha menghubunginya hingga tak sadar sudah puluhan kali ponsel ini menghubunginya namun taka da jawaban apapun darinya. Aku putuskan untuk segera pulang dan mencoba menghubunginya lagi di rumah.

Jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam, aku sampai pada kamar yang mengisahkan segalanya tentang dia dan tentang hubungan percintaan yang terjadi selama 3 tahun ini. Ku bergegas meraih ponsel dan terus menghubunginya tetap tidak ada jawaban baik darinya hingga ada dering pesan yang berisi bahwa ia tidak ingin ditelfon. Kekuatan kasih sayang dan cinta memang tidak pernah membohongi orang yang mengidapnya, perlahan tetesan air dari kelopak mata jatuh ke lantai secara perlahan dan bibir ini gemetar melihat dinding yang mengisahkan perjalanan semuanya.

BANGSAT! Untuk apa menulis seperti ini? Berharap akan ada perubahan dari hubungan yang sudah tak bernyawa? Masih mengharapkan ia akan kembali dengan tangisan kemudian memelukmu seperti pada waktu pertama ketika diri ini memutuskan hubungan? Jangan berharap terlalu tinggi! Ini bukan hanya soal kasih sayang dan cinta semata, tapi ini soal materi, ini soal persetujuan yang tak mungkin menyatu antara kalian? Sadarlah bahwa dirimu ini sudah dibuang ketika kamu menghampirinya pukul satu malam dan meneteskan air mata di depannya, sungguh perbuatan bodoh yang dilakukan seorang pria, menjatuhkan harga diri demi berjuang akan cinta kasih, perjuangan yang sia-sia ketika kamu menganggap ini soal kasih sayang semata. TIDAK!

Sadarlah bahwa, sudah cukup kau berjuang dalam kemacetan untuk menjemputnya, sudah cukup kau mendapat kemarahan akibat ia menunggu satu jam kedatanganmu untuk menjemputnya? sudah cukup kau merelakan absensi untuk bisa bertemu dengannya, sudah cukup kau tidak makan hanya demi mengumpulkan uang agar bisa mengajaknya pergi ke tempat yang sebenarnya tidak kau suka, sudah cukup kau mendengar cerita dari mulutnya mengenai barang-barang mewah yang ia inginkan, sudah cukup kau berbohong pada temanmu untuk tidak latihan hanya demi bertemu dengannya, sudah cukup kau mencari signal untuk menghubunginya di kampus yang selalu dianggapnya hutan, sudah cukup kau dibilang tukang ojek ketika ia ditelpon oleh orang tuanya, dan mungkin yang terakhir sudah cukup kau dikatakan tidak merindukan dirinya yang jelas-jelas selalu kau pikirkan setiap kali kau melangkah pergi.
Saat ini ia sudah mandiri, ia sudah tak memerlukan tukang ojek, ia sudah menemukan teman yang bisa mendengarkan ceritanya tentang barang-barang mewah yang diinginkannya, ia sudah bisa bepergian kemana pun tanpa harus menggunakan masker dan jaket, ia sudah bebas untuk tidak menunggu selama satu jam demi orang yang tidak penting, dan mungkin yang terakhir ia sudah terbebas dari segala ikatan yang selama ini kau genggam erat.

Selamat tinggal!


Ditulis pada 6/8/15