PERIHAL ANGKA
Pagi itu aku terbangun dengan penuh kebimbangan, apa yang akan aku lakukan hari ini, perilaku baik atau buruk, aku pun tak paham dengan apa yang sudah direncanakan. Oleh siapa? Oleh Tuhan? Bukan! Bukan Tuhan yang merencanakan ini, kitalah yang merancangnya, ah bukan kita, tapi akulah yang merancang ini semua. Jadi apa aku yang disalahkan nantinya? Ah semoga tidak ada yang salah.
Aku terbangun pukul 8 waktu itu. Aneh, tak seperti beberapa hari sebelumnya, awan hitam kali ini seakan takut menampakkan koloninya. Kemana dia? Aku hampir saja menjadikan mereka sebuah alasan untuk tidak melaksanakan rencanaku hari ini. Entah rencana baik atau buruk.
Berapa hari yang lalu aku mendapat kabar yang menggegerkan bahkan lebih menggegerkan dari statement-nya menteri sekali pun. Aku terkejut untung saja ayanku tidak sampai kumat. Ia dengan lantangnya menyuarakan apa yang tidak pernah kubayangkan dan bahkan aku menganggap kalau semua itu sudah sirna oleh waktu. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Pernyataan itu sungguh edan. Kiranya sudah lebih dari setahun aku tidak mempersoalkan bagaimana urusan ku dengan dia, bagaimana urusanku dengan hati si kumbang bahkan aku sudah tak peduli dengan garis lengkung yang dibuatnya yang pada waktu lalu pernah kujadikan tulisan indah.
Tak lama berselang dari pengakuan yang menggegerkan itu, aku membuat keputusan yang tak kalah menggegerkannya dari statementnya Donald Trump. Itu bukan karena aku telah mendengar berita geger seperti statementnya menteri itu, tapi memang karena mungkin sudah waktunya. Aku tak berhak memaksakan diriku dan dirinya untuk tetap satu dalam bingkai cerita, ya walaupun selama ini aku tidak pernah yang namanya memberikan bingkai berisi cerita.
Pikiran sehatku berkata, semua perkara ini harus cepat diselesaikan, dan tentunya harus dengan cara yang halus sehingga semua akan baik. Oh iya tak perlulah kujelaskan mengapa bisa terjadi suatu keputusan yang lebih menggegerkan dari statementnya Donal Trump ini, toh kalau kau memang seorang pembaca dari blog sialan ini kau pasti bisa menerkanya.
Perkara presiden selesai, otak yang semakin hari semaki terkontaminasi angin malam ini lantas berpikir bagaimana meluruskan suatu perkara yang nyatanya membuatku panik kala mendengarnya. Teori yang ia buat seakan kuat di dalam hatinya, dan diterapkan dengan apik. Entah apa yang terjadi, selama ini ku lihat beberapa stasiun ia singgahi ya walaupun ku tau stasiun itu hanya jadi tempat pemberhentian sementara sebelum ada kereta lain yang datang.
Kuputuskan untuk berani berkata di depan mata untuk melihat suatu kejujuran. Ini perihal angka-angka setahun yang lalu. Bukan nilai, bukan juga hitungan matematika. Ini hanya pengukuran yang tak jelas juga seseorang akan menentukannya. Ya bisa dikatakan permainan logika antara hati dan angka-angka itu. Kuterima semua penjelasan mengenai apa yang terjadi dalam pikiran dan gejolak hatinya dan juga soal stasiun-stasiun itu. Oh iya soal stasiun-stasiun aku sudah mengetahuinya secara singkat sebenarnya, ya demi ingin mengetahui lebih dalam aku pun harus berpura-pura seperti yang dikatakan Saini K.M. dalam naskah dramanya itu.
Bukan maksudku ingin memberi kesempatan yang luas dalam pertemuan itu, aku hanya ingin mengetahui bagaimana bisa menunggu di luar selama ini. Jujur perihal angka aku bahkan tak menyentuh titik nol. Entah mungkin karena teori yang dikatakan itu. Diri ini telah menganggap bahwa apa yang kulakukan itu sudah sewajarnya dilakukan terhadap sepermainan. Aku bahkan tak memperhatikan hal-hal kecil yang biasa dilakukan orang-orang yang istimewa. Dan dari tulisan ini mungkin agak jelas kalau titik yang kucapai hingga menuju titik 50 bahkan 100 akan sangat sulit.
Manusia tanpa kulit ayam nampaknya akan lebih indah ...
-ZAE
Pagi itu aku terbangun dengan penuh kebimbangan, apa yang akan aku lakukan hari ini, perilaku baik atau buruk, aku pun tak paham dengan apa yang sudah direncanakan. Oleh siapa? Oleh Tuhan? Bukan! Bukan Tuhan yang merencanakan ini, kitalah yang merancangnya, ah bukan kita, tapi akulah yang merancang ini semua. Jadi apa aku yang disalahkan nantinya? Ah semoga tidak ada yang salah.
Aku terbangun pukul 8 waktu itu. Aneh, tak seperti beberapa hari sebelumnya, awan hitam kali ini seakan takut menampakkan koloninya. Kemana dia? Aku hampir saja menjadikan mereka sebuah alasan untuk tidak melaksanakan rencanaku hari ini. Entah rencana baik atau buruk.
Berapa hari yang lalu aku mendapat kabar yang menggegerkan bahkan lebih menggegerkan dari statement-nya menteri sekali pun. Aku terkejut untung saja ayanku tidak sampai kumat. Ia dengan lantangnya menyuarakan apa yang tidak pernah kubayangkan dan bahkan aku menganggap kalau semua itu sudah sirna oleh waktu. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Pernyataan itu sungguh edan. Kiranya sudah lebih dari setahun aku tidak mempersoalkan bagaimana urusan ku dengan dia, bagaimana urusanku dengan hati si kumbang bahkan aku sudah tak peduli dengan garis lengkung yang dibuatnya yang pada waktu lalu pernah kujadikan tulisan indah.
Tak lama berselang dari pengakuan yang menggegerkan itu, aku membuat keputusan yang tak kalah menggegerkannya dari statementnya Donald Trump. Itu bukan karena aku telah mendengar berita geger seperti statementnya menteri itu, tapi memang karena mungkin sudah waktunya. Aku tak berhak memaksakan diriku dan dirinya untuk tetap satu dalam bingkai cerita, ya walaupun selama ini aku tidak pernah yang namanya memberikan bingkai berisi cerita.
Pikiran sehatku berkata, semua perkara ini harus cepat diselesaikan, dan tentunya harus dengan cara yang halus sehingga semua akan baik. Oh iya tak perlulah kujelaskan mengapa bisa terjadi suatu keputusan yang lebih menggegerkan dari statementnya Donal Trump ini, toh kalau kau memang seorang pembaca dari blog sialan ini kau pasti bisa menerkanya.
Perkara presiden selesai, otak yang semakin hari semaki terkontaminasi angin malam ini lantas berpikir bagaimana meluruskan suatu perkara yang nyatanya membuatku panik kala mendengarnya. Teori yang ia buat seakan kuat di dalam hatinya, dan diterapkan dengan apik. Entah apa yang terjadi, selama ini ku lihat beberapa stasiun ia singgahi ya walaupun ku tau stasiun itu hanya jadi tempat pemberhentian sementara sebelum ada kereta lain yang datang.
Kuputuskan untuk berani berkata di depan mata untuk melihat suatu kejujuran. Ini perihal angka-angka setahun yang lalu. Bukan nilai, bukan juga hitungan matematika. Ini hanya pengukuran yang tak jelas juga seseorang akan menentukannya. Ya bisa dikatakan permainan logika antara hati dan angka-angka itu. Kuterima semua penjelasan mengenai apa yang terjadi dalam pikiran dan gejolak hatinya dan juga soal stasiun-stasiun itu. Oh iya soal stasiun-stasiun aku sudah mengetahuinya secara singkat sebenarnya, ya demi ingin mengetahui lebih dalam aku pun harus berpura-pura seperti yang dikatakan Saini K.M. dalam naskah dramanya itu.
Bukan maksudku ingin memberi kesempatan yang luas dalam pertemuan itu, aku hanya ingin mengetahui bagaimana bisa menunggu di luar selama ini. Jujur perihal angka aku bahkan tak menyentuh titik nol. Entah mungkin karena teori yang dikatakan itu. Diri ini telah menganggap bahwa apa yang kulakukan itu sudah sewajarnya dilakukan terhadap sepermainan. Aku bahkan tak memperhatikan hal-hal kecil yang biasa dilakukan orang-orang yang istimewa. Dan dari tulisan ini mungkin agak jelas kalau titik yang kucapai hingga menuju titik 50 bahkan 100 akan sangat sulit.
Manusia tanpa kulit ayam nampaknya akan lebih indah ...
-ZAE
2 komentar:
Kulit ayam ditepungin kayaknya enak
Lucu juga kalo dibaca dua kali haha
Posting Komentar