Selasa, 18 Desember 2012

Cerita Fiktif - Kasih Yang Tercapai Part 1


Kasih Yang Tercapai
Oleh @ajhezae

                Namaku Renata, Renata Citra Gunawan. Kegiatan sehari-hariku adalah menulis, menulis, dan menulis. Menulis adalah hobiku dan sudah banyak novel yang telah jadi namun ketika novel-novel tersebut ku kirim ke penerbit, entah mengapa penerbit selalu menolak hasil tulisanku. Namun penolakan yang terus ku terima tidak membuatku berhenti dalam menulis sebuah novel, ini semua karena cita-citaku menjadi seorang penulis sangatlah kuat dan termotivasi pula oleh sosok idolaku yakni Panji Wjijaya. Novel yang kali ini ku tulis berjudul Kasih Yang Tercapai , novel ini berkisahkan tentang aku dan Ryan. Ryan adalah sosok laki-laki yang idamanku, ia tak kalah tampat dengan penulis Panji Wijaya. Ketika novel yang kali ini ku tulis telah selesai aku ingin orang yang pertama mebaca novel ini adalah Ryan.
                Pagi yang cerah, suasana yang sejuk dan kicauan burung yang merdu membuat tidurku yang nyenyak terbangun dan menjadi lebih semangat dalam menjalani hari ini. Naskah pun selesai dan aku ingin menyerahkan naskah novel ini kepada Ryan agar ia menjadi pembaca novel ku yang pertama. Kami janjian di sebuah taman untuk bertemu dan membaca naskahnya. Dalam perjalanan jantungku terasa bergetar begitu kencang, aku selalu membayangkan bagaimana ketika nanti Ryan. “Ryan,, semoga kamu akan suka dengan novel ini dan mengerti apa maksud novel yang ku buat ini untuk kamu. Kalau kamu sudah mengerti, kamu akan jadi pacar aku deh” bayangku dalam dan berkata dalam hati ketika berada di angkutan umum. Sesampainya di taman aku telah melihat sosok Ryan yang sedang menungguku di bangku tepat di bawah pohon. Aku pun langsung menghampiri Ryan yang berada disana. Namun ketika ku ingin menghampiri Ryan, tiba-tiba datang sesosok wanita datang menghampiri Ryan dan memeluk Ryan. Lantas aku terkejut melihat pemandangan yang seperti itu, pemandangan yang jauh dari apa yang ku bayangkan, sontak aku menangis melihat kejadian itu. Aku pun segera pergi dari tempat itu dan mencoba menghilangkan semua bayangan yang ada dibenakku tentang Ryan. Aku kecewa dan sedih melihat kejadian tadi sontak ku lemparkan semua naskah yang ku bawa untuk Ryan.
                Sesampainya dirumah pada malam hari aku pun terus menangis dan terus mencoba menghilangkan bayangan tentang kejadian tadi. Beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan dari pintu kamarku “Ren, boleh kakak masuk..?” Tanya Rini, kakakku. Namun aku tak menjawab pertanyaannya, kakakku langsung masuk dan menanyakan apa yang sedang terjadi kepadaku “kamu kenapa Ren? Apa yang sedang terjadi kepadamu?” aku pun tak mau menceritakan semua kejadian yang terjadi terhadapku. Mungkin karena ku tak menjawab pertanyaannya, ia sadar bahwa aku sedang tak ingin diganggu siapa pun dan ingin menyendiri.
                Keesokan harinya Rini memberitahukanku tentang sebuah lowongan di suatu perusahaan penerbitan yaitu Era Com sebagai editor. Sontak aku pun menolaknya karena editor merupakan pekerjaan yang sangat mudah bagi orang sepertiku, sementara keinginanku adalah menjadi seorang penulis.
“apa-apaan kak, masa aku jadi editor sih, aku kan maunya jadi penulis bukan editor” kataku kepada Rini.
“iya kakak tahu kamu ingin jadi penulis, tapi apa salahnya kalu jadi editor?” jawan Rini
“gak kak, editor sama penulis itu beda, pokoknya aku gak mau” sahut Rena.
Beberapa hari kemudian saat pagi hari yang dingin ditambah hembusan angin yang menggetarkan jiwa, tiba-tiba datang Rini kakakku dan berkata,
                “hey Ren, nih ada surat dari penerbit, baca nih udah 2 hari ada di kotak surat bukannya diambil”
                “hahh, penerbit? Aku kan gak ngirim naskah ke penerbit kak?” jawabku dengan heran
                “Udah baca aja, nih” pintanya sambil menyerahkan sepucuk surat kepadaku
Ternyata isi dalam surat itu adalah surat penerimaan kerjaku sebagai editor di Era Com.
                “apa kak? Aku diterima sebagai editor, kok bisa? Aku kan gak kirim lamaran” tanyaku penuh kebingungan.
                “iya itu aku yang kirimkan lamaran untukmu ke penerbit Era Com, habisnya kamu nolak terus sih, kalo gak kaya gini kapan kamu akan mau kerja Ren? Ya sudah pokoknya besok kamu datang ke kantor itu ok.” Jawabnya
                “tapi kan kak aku gak mau jadi seorang editor” kataku dengan penuh kesal

Keesokan harinya, aku pun harus bangun lebih pagi untuk segera berangkat ke kantor guna memenuhi wawancara kerja tersebut. Ketika dalam perjalanan dan ingin menyebrang jalan aku hampir ditabrak sebuah mobil sontak aku menjerit
“hehh kalau naik mobil yang bener dong? Bisa gak sih nyetir yang bener?” teriakku dengan penuh emosi. Namun aku terkejut ketika melihat orang yang ada di dalam mobil tersebut. Dia ternyata adalah Panji Wijaya seorang penulis idolaku. Lantas aku tersenyu dibuatnya.
Sesampainya di kantor itu, aku pun langsung duduk menunggu panggilan untuk wawancara. Namun ketika aku duduk di ruang tunggu, tiba-tiba orang-orang di sekitarku mentertawakan penampilanku, entah mengapa mereka semua tertawa. Mungkin ada yang aneh dengan baju yang ku kenakan karena saat itu aku datang ke kantor dengan berpakaian yang cukup santai dengan kaos ditambah kemeja dikeluarkan dan memakai celana jeans.
Datanglah seorang wanita dan memanggil namaku
“Renata Citra Gunawan, silahkan masuk”
“iya saya” jawabku sambil menunjuk jari dan mengikuti langkah wanita itu ke dalam sebuah ruangan.
Dan apa yang terjadi, ternyata orang yang mewawancaraiku adalah Panji Wijaya, seorang penulis terkenal yang ku idolakan selama ini. Aku pun langsung duduk setalh ia memintaku.
                “nama anda Renata Citra Gunawan?” Tanya sang bos sekaligus sang penulis idolanya
“iya pak nama saya Renata Citra Gunawan, Citra adalah nama ibu saya, Gunawan adalah nama almarhum ayah saya, dan Renata sendiri adalah nama saya pak” jawabku dengan ceria
“iya cukup, lalu apa saja pengalaman anda” Tanyanya lagi dengan serius
“hmm pengalaman ya… saya sudah banyak menulis novel pak dan teman-teman saya juga banyak yang menyukai tulisan saya pak” jawabku
“baik kalau begitu, mulai besok anda bekerja disini dan datang lebih pagi kaena anda saya terima” pintanya dengan senang hati.
“terima kasih banyak pak” kataku dan kemudian berpamitan keluar ruangan.
Mendapat penerimaan kerja seperti ini membuat ku cukup gembira karena tidak lagi harus meminta uang kepada kakakku Rini. Dalam perjalanan pulang aku terus tersenyum gembira karena dapat diterima walaupun hanya sebagai editor.
                “Mamah… mahhh… aku diterima kerja di perusahaan Era Com mah” teriakku dengan penuh semangat ketika sampai dirumah.
                “tuh kan pasti kamu diterima kerja disana, semangat yaa” kata ka Rini sambil tersenyum
                “iya kak makasih ya walaupun hanya sebagai editor” jawabku
                “sudah kamu jalani saja dulu” kata mamah memberi semangat.
Aku pun bingung besok mulai bekerja harus mengenakan apa, sementara aku tak punya pakaian kantoran, aku tak mau orang-orang mentertawakanku seperti tadi lagi. Aku pun meminjam baju dan sepatu kak Rini.
               
“Kringggggg… kriiiingg…”  suara alarm berbunyi nyaring bertanda sudah pagi
  Aku pun terbangun dan memulai aktifitas yang baru ini, aku memakai pakaian yang ku pinjam dari kak Rini. Aku tidak terbiasa memakai pakaian dress seperti ini dengan sepatu hak tinggi karena ini bukanlah cirri-ciriku. Dengan sangat terpaksa dan sangat susah dalam berjalan aku terus mencoba untuk berangkat ke kantor. Sesampainya di kantor aku berpapasan dengan Pak Panji, dia melihatku yang sedang terpeletot dengan sepatu hak tinggi ang ku pakai ini.
“gak nyaman kan?” sahut Mas Panji
“hmmm iya mas” jawabku
“besok-besok kalau gak nyaman gak usah dipakai, besok pakai jeans seperti biasa saja ya” pinta mas Panji dengan tersenyum.
“baik mas, kalau begitu”
Saat makan siang aku tak sengaja mendengarkan pembicaraan Mas Panji dengan salah seorang wanita yang aku sendiri tidak tahu itu siapa.
                “aku dengar kamu merekrut pegawai baru, benar?” Tanya sang wanita
                “iya benar, aku merekrut seorang editor namanya Renata Citra Gunawan” jawab Mas Panji
                “oh sampai hapal banget namanya, istimewa banget ya” kata wanita itu
“gak, bukannya gitu sin, abisnya dia tuh orangnya unik dan aneh, cocok dengan criteria editor yang sedang aku cari untuk mengedit drama komedy” jawab Mas Panji berusaha menjelaskan
“gitu ya, semoga saja drama komedynya gak berubah jadi drama romantic” sahut wanita itu dan langsung meninggalkan Mas Panji.
“sin, maksud kamu apa sin..?” Tanya Mas Panji
Belum pertanyaan itu terjawab, sang wanita segera pergi dari tempat itu.
Keesokan harinya ketika aku sampai di kantor dengan terburu-buru, aku tak sengaja menabrak seorang wanita dan kemudian ia memarahiku.
                “hati-hati dong kalo jalan, punya mata kan?” katanya dengan ketus
“yee kamu tuh yang gak punya mata nabrak orang malah marah-marah” jawabku
membela diri
                “kamu gak tahu siapa saya? Tanya wanita itu
                “tahu, kamu pasti orang baru yang mau melamar kerja disini kan?” jawabku meledek
“inget ya, aku Sinta, pemilik saham terbesar disini dan saya adalah bos anda, jangan macem-macem terhadap saya, ok!” jelasnya dengan sangat kesal
“mmm… maaf mba, maaf”, pintaku dengan hati deg-degan.

Setelah kejaidan itu aku pun langsung pergi kedalam kantor dan kembali mengerjakan tugasku sebagai editor. Namun beberapa saat kemudian tiba-tiba teman-teman pegawai menyerahkan begitu banyak naskah untuk segera diedit dan semua pekerjaan tersebut harus segera diselesaikan paling lambat 2 hari lagi. Aku pun pusing dibuatnya, begitu banyak naskah yang harus diselesaikan, belum lagi ada naskah yang harus diselesaikan esok hari, ini membuatku stress. Tetapi dengan tekad yang kuat aku harus mengerjakan pekerjaan ini dengan serius dan ikhlas. Hingga larut malam aku terus bekerja dan tanpa disengaja aku tertidur di meja kerjaku.
                “Ren, rena… bangun ren….” Sahut Mas Panji yang melihat ku tertidur
                “hhhh,, iya Mas, maaf saya ketiduran” jawabku dengan mata yang masih mengantuk
                “pulang sana Ren sudah malam, pekerjaanmu boleh dibawa pulang koq.” Kata Mas Panji
                “hhmmm baik Mas kalau begitu” jawabku kembali sambil membereskan semua pekerjaanku
                “saya duluan ya Ren” kata Mas Panji
                “iya mas” jawabku dengan senyum.

Melihat  jam menunjukkan pukul setengah 12, aku pun segera berjalan pulang, aku berjalan sambil menunggu datangnya sebuah ankutan umum yang biasa ku tumpangi, namun sejauh aku berjalan, tak ada satu pun angkutan yang lewat. Di malam yang larut dan sepi sunyi sepeti ini, tentunya sebagai seorang wanita aku pun merasa takut berjalan sendirian. Tiba-tiba lewatlah sebuah mobil dan berhenti di depanku, aku tidak mengetahui siapa yang ada di dalam sana.

Pembaca yang baik, tahukah kalian siapa orang yang berada di dalam mobil dan berhenti di depan Rena tersebut, apakah yang akan terjadi dengan Rena? Dan apakah dia akan baik-baik saja, tunggu kelanjutannya dalam Part 2 ok.

Minggu, 16 Desember 2012

Teknik Dalam Pementasan Drama


Menganalisis Pementasan Drama Berdasarkan Teknik Pementasan

  • Teknik Melakukan Gerakan
Gerakan merupakan unsur penting dalam permainan drama. Terkadang pemain beranggapan tugas pemain cukup melakukan dialog, setelah itu membisu dan mematung sampai gilirannya berdialog datang lagi. Semestinya, pemain harus bisa menghidupka permainannya dengan melakukan berbagai gerakan yang mendukung.
Gerakan dibedakan atas gerkan perpindahan (movement), gerakan anggota tubuh (gesture), dan gerakan kesibukan (business). Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan gerakan, yaitu sebagai berikut.

Ø  Semua gerakan harus didasarkan atas suatu motivasi dan tujuan. Gerakan apapun harus dilakukan dalam rangka membangun dan mempertegas karakter tokoh yang diperankan. Gerakan juga harus dilakukan dalam rangka mempersiapkan gerakan berikutnya.
Ø  Tidak Overacting, setiap gerakan harus dilakukan dengan porsi yang wajarsesuai motif dan tujuannya. Setiap dialog tidak perlu selalu disertai dengan gerakan karena hanya akan member kesan ramai.
Ø  Gerakan-gerakan kecil yang bermakna (gesture) perlu dilakukan, seperti mebgangkat bahu, mengerenyitkan dahi. Hal tersebut harus dilakukan dengan luwes dan pada waktu yang tepat.
Ø  Saat tidak berdialog, pemain bisa melakukan berbagai kesibukan (business) untuk membuat aktingnya lebih hidup. Business juga dapat menyangkutkan ilusi penonton pada tokoh yang diperankan.
Ø  Wajah adalah pusat ekspresi. Gerakan apapun yang dilakukan wajah diusahakan harus tetap terlihat penonton. Jangan membelakangi penonton saat melakukan dialog.


  • Teknik Penguasaan Panggung
Panggung ibarat sebuah kanvas dan hal ini harus disadari oleh seluruh pemain. Pemain harus tahu batas-batas maya area panggung dan dapat menempatkan diri dengan tepat. Dalam memosisikan diri, pemain harus memperhatikan komposisi, baik dengan pemain lain maupun dengan property (peralatan). Pemain harus tahu kapan menyendiri, berpindah tempat, dan bergabung atau berkelompok dengan pemain lain.
Pengelompokan pemain (blocking) tidak boleh statis, tetapi harus bersifat dinamis mengikuti perkembangan alur. Dalam melakukan blocking, pemain harus mempertimbangkan kemudahan pemain lain dalam berakting. Blocking juga dilakukan untuk memudahkan penonton mengikuti jalan cerita, bukan malah sebaliknya. Saat adegan dua tokoh memperbincangkan cincin yang dikenakan, pemain lain jangan sampai berdiri  menghalangi pandangan penonton untuk dapat melihat benda yang sedang dibicarakan.


  • Teknik Pengucapan Dialog dan Bersuara
Suara (vocal) dan ucapan (speech) berperan sangat penting dalam pementasan drama, terlebih untuk drama radio. Pemain menggunakan ucapan untuk berbagai tujuan, diantaranya untuk menyampaikan kata kepada penonton, member arti-arti khusus pada kata-kata tertent, untuk menyampaikan informasi tentang sifat dan perasaan tokoh, dan lain sebagainya. Mengingat pentingnya fungsi ucapan tersebut, maka pemain harus bisa melakukannya dengan tepat.
Dalam melakukan ucapan, yang penting bukan kerasnya, tetapi bagaimana dapat terdengar dengan jelas, pertama-tama pemain harus bisa mengatur dan mengendalikan pernapasannya. Setelah itu, baru bisa menciptakan tekanan dengan mengubah tempo dan volumenya. Kejelasan ucapan juga ditentukan cara melafalkan kata-kata dengan tepat. Kata-kata yang dilafalkan dengan tepat, akan terdengar jelas perbedaan antara bunyi /p/ dan /b/ , /t/ dan /d/ , /k/dan /g/ , dan sebagainya.


itulah teknik-teknik dalam sebuah pementasan drama, semoga dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat diaplikasikan dalam sebuah pertunjukan yang benar-benar nyata. terima kasih jangan lupa tinggalkan komentar ya ,,,

cara mudah memburning file


Cara Memburning File ke CD drive tanpa menggunakan software atau aplikasi burning lainnya


Pertama sediakan CD-drive bisa menggunakan CD-R, CD-RW atau DVD-RW, tapi saya lebih menyarankan untuk memakai DVD-RW karena lebih mudah dan kapasitas memorinya lebih besar dari pada CD-R atau CD-RW.

Kedua, masukan DVD-RW ke dalam laptop atau PC yang ada disc room nya ya

Ketiga, tunggu hingga keluar tab AutoPlay seperti ini



Keempat, pilih Burn files to disc, hingga keluar tab seperti berikut


Kelima, silahkan pilih With a CD/DVD player, jika ingin mengganti judul CD silahkan ganti Disc Title sesuka anda

Kemudian klik Next dan muncul tab seperti ini
 
Keenam, Jika sudah keluar tab seperti diatas Drag file yang akan di burning ke tab tersebut, atau bisa juga meng-copy file yang ingin di burning kemudian di paste di tab tersebut.
Setelah file di copy-paste atau diDrag, maka akan muncul tulisan files Ready to Be Written to the Disc seperti ini


ketujuh, klik Burn to disc


Maka akan keluar tab seperti berikut

Setelah itu klik Next  maka file akan diproses untuk diburning.
Tunggu hingga proses burning selesai dan klik Finish, maka CD yang ada di laptop atau PC akan keluar sendirinya pertanda proses burning telah selesai.
Terima kasih, silahkan dicoba guys

Ciri-Ciri Bentuk Hikayat


Ciri – ciri hikayat sebagai bentuk Kesusastraan Lama

                Perkembangan kesusastraan lama Indonesia banyak mendapat pengaruh dari luar atau pengaruh asing. Berdasarkan pengaruhnya tersebut, kesusastraan lama Indonesia dibedakan menjadi kesusastraan Melayu Klasik/Tradisional, Kesusastraan Pengaruh Hindu, dan Kesusastraan Pengaruh Islam. Pengaruh kebudayaan ini juga dialami dan dirasakan dalam cerita hikayat. Hikayat Melayu Tradisional banyak bercerita tentang undang-undang atau adat istiadat masyarakat, Hikayat Pengaruh Hindu bercerita tentang nasihat atau petunjuk bagi  raja, Hikayat Pengaruh Islam bercerita tentang kehidupan para nabi dan pahlawan-pahlawan Islam, sedangkan Hikayat pengaruh Jawa bercerita tentang panji.
                Hikayat yang mempunyai pengaruh budaya satu dengan yang lainnya tersebut saling berbeda. Masing-masing memperlihatkan cirri-ciri tertentu yang dapat diidentifikasi. Misalnya, untuk Hikayat hasil pengaruh budaya Hindu yang berasal dari India, ceritanya bercirikan sebagai berikut:

  • Terdapat tokoh binatang yang berperilaku seperti manusia,tokoh, raksasa, dan dewa-dewi
  • Terdapat benda-benda keramat atau ajimat yang dipergunakan tokoh, misalnya: batu ajaib, senjata sakti, tongkat sakti.
  • Terdapat tokoh yang bertapa untuk mendapat kesaktian.
  • Terdapat tokoh yang mati kemudian hidup lagi
  • Terdapat sayembara untuk mendapatkan istri
Sementara itu hikayat yang mendapat pengaruh budaya Islam memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
  •       Pemberian nama bernapas Islam pada judul cerita, misalnya Hikayat Syah Mardan 
  •      Tokoh cerita ditambah tokoh para nabi dan pahlawan Islam
  •      Disisipkan perihal ajaran Islam, misalnya cra bersembahyang, rukun Islam dan lain-lain
  •      Terdapat ungkapan atau kata-kata seruan bahasa Arab.
h    Demikian penjelasan tentang ciri-ciri hikayat sebagai bentuk kesusastraan lama semoga bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat membedakan antara ciri hikayat yang satu dengan yang lainnya. Terima kasih, jangan lupa pembaca yang baik silahkan tinggalkan komentar ok.