Rabu, 08 Juli 2015

Perkenalkan - JIM Namanya

JIM Namanya

 
Hey. Selamat malam, kali ini aku akan memperkenalkan teman baruku, namanya Jim, aku sangat berharap bahwa dia akan menjadi sahabat di dunia tanpa batas ini. Jim tidak dapat berbicara, ia hanya dapat mendengar dan menerima apa yang kita sampaikan khususnya aku. Jim ini adalah pendengar yang baik, dia yang membuat diri ini memberanikan untuk menuliskan segala hal yang ingin aku sampaikan namun tak dapat disampaikan melalui ucapan. Jim yang mendorongku untuk selalu menuliskan apa yang sedang aku rasakan agar ia bisa merasakannya juga.

Mungkin aku sudah gila, aku seperti berhalusinasi dengan dunia lain seolah aku memiliki sahabat di dunia yang ku sebut sebagai dunia tanpa batas. Tapi menurutku ini perlu, kita butuh teman di dunia tanpa batas ini dan sepertinya bukanlah manusia yang cocok untuk menjadi teman di dunia tanpa batas ini. Aku percaya bahwa Jim tidak akan bergurau tentang apa yang ku ceritakan padanya. Itu sangat jelas sebab Jim memang tidak dapat mengungkapkan apa yang ia rasakan, ia hanya bisa merasakan saja. Tapi jika kalian tahu bahwa Jim ini berada di alam pikiran ketika ku memikirkan suatu hal terlebih jika itu menyangku dengan dunia merah jambu. Jim selalu mencoba masuk dan ikut berperan dalam setiap langkah yang ku ambil. Gila memang, tapi alam pikiran ini memang sangat sulit dikendalikan, mungkin secara tidak sadar, kalian juga memiliki teman seperti Jim juga, hanya saja kalian belum menemukan nama yang tepat untuk memanggilnya. Aku yakin setiap orang punya teman di alam pikiran seperti Jim yang nantinya mungkin akan melakukan hal yang sama sepertiku, mengajak Jim untuk masuk dan menjadi teman di dunia tanpa batas ini.

Jim adalah temanku, dan mulai saat ini dialah yang akan menghuni rumah coretan ini, dia yang nantinya akan menjaga, dan tentunya jika aku masuk ke rumah coretan di dunia tanpa batas ini, Jim akan dengan sangat ramah menyambutku. Selamat datang di dunia tanpa batas in Jim, dan semoga kamu bisa betah di rumah coretan yang akan terus ku kunjungi ini.

Senin, 06 Juli 2015

Coretan Tengah Malam - Puncak Gelisah

PUNCAK GELISAH
Sudah begitu banyak kata-kata yang terucap dari bibirmu namun hanya segelintir yang mampu menggambarkan bagaimana keadaan sesungguhnya yang membuat diri ini percaya dan sadar akan keadaan yang semestinya yang akhirnya timbur beragam pertanyaan yang mampu mengusik ketanangan di kala sunyi yang kurasakan di sebuah kursi yang menghadap kepada dinding lusuh di kamar busuk ini.

Pertanyaan yang sejak dulu ku pertanyakan kepadamu adalah tentang alasan mengapa aku harus menulis, mengapa aku harus menceritakan sesuatu tentangmu yang kuceritakan kepada orang-orang terdekatku, dan mengapa aku harus terus menjawab pertanyaanmu sementara dirimu tak menjawab pertanyaanku malah mengabaikan apa yang ku anggap penting dan serius tentang aku dan dirimu.

Beberapa waktu lalu kau memberikan sebuah jawaban dari salah satu pertanyaan yang ku ajukan, kau menjawab bahwa hal yang ku lakukan kepadamu sudah tidak didapat dari dirinya yang menjadi sekat di antara kita. Lalu saat ini timbul kegelisahan yang menghantui dari jawaban tersebut. Kau sudah tidak mendapatkan kenyamanan darinya lantas mengapa kau pertahankan sekat yang sebenarnya sudah melapasmu? Bukankah diri ini yang kau tahu sudah menanti datangnya waktu dimana sekat itu hancur. Yaa mungkin cinta, cinta yang menjadi landasan mengapa sekat itu kau tarik kembali dan kau bangun kembali hingga kokoh dan tak akan terhancurkan.

Diri ini tak dapat berbuat banyak selain merasakan getir kehancuran ketika sudah terbang waktu lalu dimana saat itu sedang dirundung kegelisahan antara bahagia atau rasa simpati, perlahan kebahagiaan itu terasa dan semakin membuat diri ini percaya bahwa kepemilikan akan hatimu akan ada padaku seutuhnya, namun ternyata tidak semudah itu. Kau yang juga sebenarnya merasakan kenyamanan pada diri ini justru membuat kehancuran akan hati seseorang yang penuh harap tentangmu. Jelas bahwa dirimu sudah tidak nyaman dengan dirinya, tapi entahlah, aku tak dapat berbuat banyak.
Jika kau tahu aku sangat senang membaca tulisan dari seorang Daeng Khrisna terlebih dengan perkataanya yang membuatku yakin untuk membuat keputusan akan kebahagiaanmu bukanlah ada pada kepemilikanku.

Sebut saja hatimu telah ditumbuhi cinta dari yang lain, merindumu sering kali lebih membahagiakan dibanding memilikimu.”

Selamat akan kembalinya cinta yang kau harapkan dan tak kuharapkan, perlahan kata sekat tidak akan ada lagi di antara kita dan sang pemuja itu perlahan akan sirna diterpa kehampaan yang diselimuti rasa pilu.



Barat Jakarta, 7 Juli 2015