Tolong
.. !!!
oleh @ajhezae
Suatu
pagi di tengah ramainya kota metropolitan yang megah, terdapat seorang pemulung
bernama Rudi, ia berusia sekitar 30 tahun, tubuhnya sangat kurus bagai orang
yang tak pernah bertemu dengan nasi dan penampilannya pun acak-acakan seperti
pemulung pada umumnya. Ia memiliki seorang putri bernama Aisyah yang berum ur 3
tahun. Kondisi Aisyah tak kalah buruk dengan sang ayah, ia terlihat lemas tanpa
nutrisi yang cukup. Ia berbaring dan ikut ayahnya setiap hari memulung kardus
dan benda-benda yang dapat dijual kembali, ia berbaring di sebuah gerobak reot
yang selalu dipakai ayahnya memulung. Setelah diselidiki mengapa Aisyah
berbaring terus dalam gerobak reot itu ternyata ia sedang sakit muntaber.
Aisyah sudah sakit selama 4 hari dan belum mendapatkan pertolongan sedikitpun.
Sebenarnya Rudi ingin sekali membawa Aisyah ke rumah sakit atau puskesmas,
namun apa boleh buat Rudi hanya mempunyai uang Rp.4000 rupiah dan itu tentunya
tidak cukup untuk biaya berobat Aisyah, dia hanyalah seorang pemulung yang
berpenghasilan hanya Rp.10000,- per hari. Rudi hanya bisa berharap Aisyah dapat
sembuh dengan sendirinya. Sampai hari keenam, sakit yang diderita Aisyah makin
betambah parah hingga ia tak kuasa menahan sakit dan menghembuskan napas
terakhirnya pada sabtu pagi. Aisyah meninggal di depan sang ayah dengan keadaan
terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Sang
ayah pun langsung menangis menyesali semua ini.
“maafkan
aku nak, aku tak bisa merawat dan menjagamu dengan baik. Semoga kau tenang di
alam sana ya nak, maafkan ayah.” Ucapnya dalam tangis yang begitu dalam kepada
mayat sang anak.
Rudi
lantas mngecek isi kantongnya, dan ternyata di dalam kantongnya hanya terdapat
uang sebanyak Rp.6000,- dan itu tak mungkin cukup membeli kain kafan untuk
membungkus mayat si kecil Aisyah dengan layak, apalagi sampai harus menyewa
ambulans. Aisyah masih terbaring dalam gerobak dengan keadaan tidak bernyawa.
“aku
tidak punya cukup uang, lebih baik Aisyah ku bawa ke kampung agar bisa dimakamkan
disana, dan juga mudah-mudahan aku mendapat bantuan dari sesama pemulung
disana.” Kata Rudi dalam hati sambil menangis tersenyum melihat buah hatinya.
Tepat
pukul 10:00 dengan cuaca yang cukup terik, akhirnya Rudi sampai di sebuah
stasiun dengan membawa gerobak yang berisikan mayat anaknya. Dan yang tersisah
hanyalah sarung yang sudah kucel yang kemudian dipakai untuk membungkus jenazah
Aisyah. Kepala sang anak dibiarkan terbuka agar semua orang tahu bahwa putrinya
sudah menghadap sang khalik. Ketika kereta yang akan menuju kampung halaman
Rudi tiba, ia pun langsung masuk. Namun tiba-tiba salah seorang pedagang
menghampiri Rudi dan menanyakan anaknya.
“Maaf
Pak, apa yang terjadi dengan anak bapak?.” Tanya pedagang itu
“Anak saya sudah meninggal bu, ia meninggal
karena sakit muntaber dan tidak mendapatkan pertolongan obat sedikitpun.” Jawab
Rudi dengan meratap wajah Aisyah.
“Innalilahi wa’inailaihi rojiun, kenapa tidak
dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit pak?” tanyanya kembali
“saya tidak punya cukup uang untuk membawanya
ke Puskesmas bu, apalagi ke Rumah Sakit, saya hanya seorang pemulung kardus
yang berpenghasilan Rp.10000,- per hari. Dan sekarang saya akan membawa jenazah
anak saya ke kampung untuk dimakamkan disana” Jelas Rudi
Spontan penumpang kereta yang berada di dekat Rudi dan
pedagang itu terkejut mendengar penjelasan tersebut, Rudi pun langsung dibawa
ke kantor polisi oleh penumpang lainnya. Dan sesampainya di kantor polisi, ia
diminta agar membawa anaknya ke Rumah Sakit terdekat.
Rudi memaksa agar mayat anaknya bisa segera
dimakamkan, namun ia hanya bisa bersandar di tembok dan menunggu surat
permintaan pulang dari Rumah Sakit tersebut sambil memandangi mayat anaknya
yang terbujur kaku. Hingga pukul 15:00, akhirnya petugas Rumah Sakit mengeluarkan
surat tersebut, namun lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans,
Rudi pun terpaksa membawa jenazah anaknya ke kampung halaman dengan berjalan
kaki menggendong Aisyah. Sungguh beruntung masih ada warga yang iba dan memberikan
sedikit bantuan sekadarnya kepada Rudi seperti ongkos untuk pulang ke kampung
halaman dan pedagang di sekitar Rumah Sakit yang melihat Rudi juga memberikan
air minum kemasan untuk bekal di perjalanan.
Dalam perjalanan pulang yang sungguh
mengharukan itu, Rudi terus menatap wajah anaknya dan berharap agar bisa sampai
lebih cepat. Atas bantuan sekedarnya yang diberikan warga sekitar Rumah Sakit,
akhirnya Rudi bisa sampai di kampung halamannya dengan menggendong jenazah anaknya Aisyah. Sesampainya di kampung
halaman Rudi langsung memberitahukan kepada para tetangganya bahwa anaknya
telah meninggal, dan ia pun langsung mendapat bantuan dari sesama pemulung dan
kemudian langsung memakamkan jenazah Aisyah dengan semestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar