Selasa, 05 Maret 2013

kumpulan cerpen, Tolong ..!!!


Tolong .. !!!
oleh @ajhezae
 
                Suatu pagi di tengah ramainya kota metropolitan yang megah, terdapat seorang pemulung bernama Rudi, ia berusia sekitar 30 tahun, tubuhnya sangat kurus bagai orang yang tak pernah bertemu dengan nasi dan penampilannya pun acak-acakan seperti pemulung pada umumnya. Ia memiliki seorang putri bernama Aisyah yang berum ur 3 tahun. Kondisi Aisyah tak kalah buruk dengan sang ayah, ia terlihat lemas tanpa nutrisi yang cukup. Ia berbaring dan ikut ayahnya setiap hari memulung kardus dan benda-benda yang dapat dijual kembali, ia berbaring di sebuah gerobak reot yang selalu dipakai ayahnya memulung. Setelah diselidiki mengapa Aisyah berbaring terus dalam gerobak reot itu ternyata ia sedang sakit muntaber. Aisyah sudah sakit selama 4 hari dan belum mendapatkan pertolongan sedikitpun. Sebenarnya Rudi ingin sekali membawa Aisyah ke rumah sakit atau puskesmas, namun apa boleh buat Rudi hanya mempunyai uang Rp.4000 rupiah dan itu tentunya tidak cukup untuk biaya berobat Aisyah, dia hanyalah seorang pemulung yang berpenghasilan hanya Rp.10000,- per hari. Rudi hanya bisa berharap Aisyah dapat sembuh dengan sendirinya. Sampai hari keenam, sakit yang diderita Aisyah makin betambah parah hingga ia tak kuasa menahan sakit dan menghembuskan napas terakhirnya pada sabtu pagi. Aisyah meninggal di depan sang ayah dengan keadaan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Sang ayah pun langsung menangis menyesali semua ini.
                “maafkan aku nak, aku tak bisa merawat dan menjagamu dengan baik. Semoga kau tenang di alam sana ya nak, maafkan ayah.” Ucapnya dalam tangis yang begitu dalam kepada mayat sang anak.
                Rudi lantas mngecek isi kantongnya, dan ternyata di dalam kantongnya hanya terdapat uang sebanyak Rp.6000,- dan itu tak mungkin cukup membeli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil Aisyah dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Aisyah masih terbaring dalam gerobak dengan keadaan tidak bernyawa.
                “aku tidak punya cukup uang, lebih baik Aisyah ku bawa ke kampung agar bisa dimakamkan disana, dan juga mudah-mudahan aku mendapat bantuan dari sesama pemulung disana.” Kata Rudi dalam hati sambil menangis tersenyum melihat buah hatinya.
                Tepat pukul 10:00 dengan cuaca yang cukup terik, akhirnya Rudi sampai di sebuah stasiun dengan membawa gerobak yang berisikan mayat anaknya. Dan yang tersisah hanyalah sarung yang sudah kucel yang kemudian dipakai untuk membungkus jenazah Aisyah. Kepala sang anak dibiarkan terbuka agar semua orang tahu bahwa putrinya sudah menghadap sang khalik. Ketika kereta yang akan menuju kampung halaman Rudi tiba, ia pun langsung masuk. Namun tiba-tiba salah seorang pedagang menghampiri Rudi dan menanyakan anaknya.
                “Maaf Pak, apa yang terjadi dengan anak bapak?.” Tanya pedagang itu
“Anak saya sudah meninggal bu, ia meninggal karena sakit muntaber dan tidak mendapatkan pertolongan obat sedikitpun.” Jawab Rudi dengan meratap wajah Aisyah.
“Innalilahi wa’inailaihi rojiun, kenapa tidak dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit pak?” tanyanya kembali
“saya tidak punya cukup uang untuk membawanya ke Puskesmas bu, apalagi ke Rumah Sakit, saya hanya seorang pemulung kardus yang berpenghasilan Rp.10000,- per hari. Dan sekarang saya akan membawa jenazah anak saya ke kampung untuk dimakamkan disana” Jelas Rudi
Spontan penumpang kereta yang berada di dekat Rudi dan pedagang itu terkejut mendengar penjelasan tersebut, Rudi pun langsung dibawa ke kantor polisi oleh penumpang lainnya. Dan sesampainya di kantor polisi, ia diminta agar membawa anaknya ke Rumah Sakit terdekat.
Rudi memaksa agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan, namun ia hanya bisa bersandar di tembok dan menunggu surat permintaan pulang dari Rumah Sakit tersebut sambil memandangi mayat anaknya yang terbujur kaku. Hingga pukul 15:00, akhirnya petugas Rumah Sakit mengeluarkan surat tersebut, namun lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Rudi pun terpaksa membawa jenazah anaknya ke kampung halaman dengan berjalan kaki menggendong Aisyah. Sungguh beruntung masih ada warga yang iba dan memberikan sedikit bantuan sekadarnya kepada Rudi seperti ongkos untuk pulang ke kampung halaman dan pedagang di sekitar Rumah Sakit yang melihat Rudi juga memberikan air minum kemasan untuk bekal di perjalanan.
Dalam perjalanan pulang yang sungguh mengharukan itu, Rudi terus menatap wajah anaknya dan berharap agar bisa sampai lebih cepat. Atas bantuan sekedarnya yang diberikan warga sekitar Rumah Sakit, akhirnya Rudi bisa sampai di kampung halamannya dengan menggendong  jenazah anaknya Aisyah. Sesampainya di kampung halaman Rudi langsung memberitahukan kepada para tetangganya bahwa anaknya telah meninggal, dan ia pun langsung mendapat bantuan dari sesama pemulung dan kemudian langsung memakamkan jenazah Aisyah dengan semestinya.